Monday, March 3, 2008

CerPen Corner


NAMANYA INDRA
Episode I
”Bagaimana Sari ?”, suara Indra memecah keheningan. Kutatap lelaki ganteng yang duduk tepat di depanku ini.
“Sari, seharusnya kita lebih dulu dari Fauzi dan Lilian. Apa yang harus kita tunggu lagi!” kembali Indra Wibowo meyakinkanku. Memang betul, apa lagi yang harus di tunggu. Indra sudah lama selesai menempuh pendidikan Akabri dan sekarang bertugas di Jakarta. Aku sendiri walaupun masih kuliah tapi apa salahnya mahasiswi merangkap jadi ibu rumah tangga.
“Andai kau keberatan, bagaimana kalau kita tunangan saja dulu?”, kata Indra. Kembali kutatap Sang kekasih lalu aku tersenyum. Lalu Indrapun tersenyum. Lalu aku merasa Indra memelukku. Lalu !?
Pada pernikahan Lilian dan Fauzi itulah aku bertunangan dengan Indra Wibowo. Rencana pertunangan ini mendadak karena itu aku tidak sempat mengundang teman-teman di Yogya. Dan wajar ketika aku kembali ke Yogya banyak diantara mereka yang menggerutu karena tak kuundang. Semula Papa hanya akan menikahkan adikku, namun rupanya Papa perlu mengkhawatirkan diriku. Padahal aku rela didului Lilian. Maka berlangsunglah tunangan itu. Banyak teman-teman kuliahku yang mengatakan bahwa aku beruntung mendapatkan tunangan seorang Taruna Akabri. Apalagi Indra seorang lelaki yang jantan,ganteng, tinggi, tegap pokoknya selangit. Mendengar pujian-pujian itu aku hanya bisa tersenyum dan tentu saja ada terselip kebanggaan dalam hatiku.
Liburan semester ini seharusnya aku pergi ke Jakarta menjumpai Sang Kekasih. Tidak pulang ke Malang seperti apa yang kulakukan ini. Di rumah berkali-kali Papa menyarankan agar aku berlibur di Jakarta saja. Begitu juga Lilian, adikku yang kini tinggal di Jakarta bersama suaminya. Tapi aku tetap memilih liburan di Malang. Aku tidak tahu mengapa pertunangan ini kurasakan telah mengikat kebebasanku. Aku tidak tahu mengapa selama ini surat-surat Indra tak pernah kubalas. Aku tidak tahu mengapa aku harus acuh tak acuh kalau Indra menjengukku ke Yogya. Seharusnya aku bisa membayangkan bagaimana Indra jauh-jauh dari Jakarta untuk melepas rindu. Entahlah nampaknya aku masih menyukai kebebasan. Cincin tunangan yang melingkar di jari manisku inikah yang telah merengut kebebasanku?.
Tiga hari sebelum liburan habis aku sudah kembali ke Yogja. Hal ini kulakukan karena aku harus registrasi dan melunasi uang kuliah semester berikutnya disamping itu karena memang aku sudah jenuh dengan liburanku. Hari Sabtunya Indra menjumpaiku.
“Cukup menyenangkan liburannya?”, tanyanya. Aku hanya angkat bahu sambil tersenyum.
“Kuharap memang begitu. Bagaimana kabar Papa dan Mama?”, tanya Indra.
“Baik-baik!”, jawabku.
“Syukurlah. Aku sebetulnya ingin menyusulmu sekaligus ketemu Papa dan Mama. Sudah lama tidak bertemu, tapi tugas-tugasku semakin hari semakin banyak. Kupikir kau mau liburan di Jakarta. Aku tidak yakin kalau kau tidak tahu selama itu aku merindukanmu. Terlebih-lebih tak ada satu suratpun yang kau balas!”.
“Aku, aku malas bikin surat!”, kataku seenaknya. Kulihat Indra masih tertunduk. Terbaca pada raut wajahnya perasaan kecewa, kesal, gelisah. Namun perasaan-perasaan tersebut tertutup oleh sikap sabarnya. Indra yang penyabar, Indra yang gagah, ganteng, Indra yang selali penuh pengertian. Rasanya tidak adil jauh-jauh dari Jakarta hanya kusambut dengan sikap acuh tak acuhku. Kadang-kadang kesadaran itu timbul bahwa aku telah berbuat keterlaluan terutama disaat aku menatap punggung Indra, di saat Indra kembali ke Jakarta.
“Seharusnya kau tidak bersikap seperti itu!”, pendapat Tien, teman kentalku.
“Bukankah dia tunanganmu. Tentu saja dengan bersikap lembut dan mesra, dia akan sangat bahagia. Aku heran Sari mengapa kau bisa bersikap seperti itu kepada tunangan segagah Indra. Sungguh tak bisa kumengerti!”, kembali suara Tien. Memang betul apa yang dikatakan Tien, kuakui itu. Tapi dengan demikian aku bertambah tidak mengerti dengan diriku sendiri. Aku masih juga mengulang sambutan acuh tak acuhku setiap Indra menjumpaiku. Entah mengapa begitu. Aku hanya merasa pertunangan ini telah merenggut kebebasanku. Cincin tunangan yang melingkar di jari manis ini demikian cantik tapi aneh aku tidak merasakan hal itu.
“Jika kau sudah berani bertunangan kau harus berani pula mengurangi kebebasanmu. Aku tak bisa membayangkan andai kau nanti sudah menjadi nyonya Indra, apakah kau masih ingin menuntut kebebasanmu?. Pikirlah baik-baik Sari. Jangan terlalu sering mengecewakan dia!”. Ini adalah pendapat dan nasihat Tien ketika kami ngobrol di Kantin kampus.
“Ya aku mengerti Tien. Sebenarnya saat itu aku belum mau bertunangan sebelum studiku selesai paling sedikit sampai aku meraih sarjana muda. Tapi itulah yang terjadi ketika Lilian mendahuluiku maka akupun tak bisa menolak keinginan Indra dan nampaknya Papaku pun setuju!”. Tien menghabiskan suapan baksonya terakhir.
“Kau mencintai Indra bukan?”, tanya Tien.
“Tentu saja!”, kataku.
“Kalau begitu mulailah bersikap seperti halnya kau mencintai Indra!”, kata Tien lagi. Aku diam dan Tien masih menatapku.
(Bersambung)

Thursday, February 14, 2008

Hari Valentine apa hubungannya dengan remaja Indonesia?.

Dahulu kala pada saat Kaisar Claudius II memerintah di Romawi, para pemuda diwajibkan ikut berperang (semacam wajib militer) dan tidak diperbolehkan menikah. Peraturan ini berlaku bagi semua pemuda Romawi sehingga tidak satupun yang berani menentang undang-undang ala Kaisar Claudius II tersebut karena imbalannya adalah hukum pancung alias hukum mati. Memang Romawi berjaya dapat menduduki negara-negara disekitarnya karena mereka memiliki kekuatan tentara yang besar. Namun disisi lain Romawi telah mengorbankan begitu banyak pemuda yang harus gugur di medan perang. Banyak orang tua harus bersedih karena kehilangan anak anak mereka. Mungkin para pemudi kekasih-kekasih merekapun harus berduka dan bersedih. Ditengah-tengah keresahan warga Romawi, muncullah seorang pemuka agama Katholik bernama Valentine dan Santo Marius. Beliau-beliau ini berani menentang pemerintahan Kaisar Claudius II. Valentine secara diam-diam melakukan tugasnya untuk menikahkan setiap pasangan muda yang berniat mengikat janji dalam mahligai pernikahan. Sudah bisa ditebak apa yang terjadi dengan Valentine setelah Sang Kaisar mengetahui apa yang dia lakukan. Bagi remaja Romawi Valentine dianggap sebagai hero dan wajar mereka sangat mengkultuskan Valentine yang gugur dengan gagah berani untuk menerima hukuman pancung pada 14 Februari. Sampai sekarang tanggal tersebut diperingati sebagai hari Valentine. Lalu apa hubungannya dengan remaja Indonesia?. Di Indonesia tidak ada wajib militer. Remaja kita begitu bebas bergaul dari sejak pacaran sampai menuju mahligai pernikahan. Bahkan remaja kita saking bebasnya bergaul banyak yang sudah kawin (maksudnya hamil) diluar nikah. Tidak ada larangan dari negara bagi remaja Indonesia untuk menikah dan menentukan pasangan hidupnya. Tidak ada keharusan dari negara bagi remaja Indonesia untuk mengikuti wajib militer kecuali atas minat untuk mengikuti pendidikan militer. Lalu apa hubungannya Valentine dengan remaja Indonesia?.
Versi lain dari hari Valentine adalah pada zaman Romawi kuno setiap tanggal 14 Februari selalu diperingati sebagai penghormatan kepada Dewi Juno yaitu Ratu dari segala Dewi merupakan kepercayaan bangsa Romawi. Dewi ini merupakan dewi bagi kaum perempuan dan perkawinan yang sangat diagungkan oleh bangsa Romawi kuno. Lalu apa hubungannya dengan remaja Indonesia?. Remaja Indonesia tentu saja tidak memiliki Dewi Juno karena dewi ini miliknya bangsa Romawi kuno. Kita mungkin punya dewi yang kita kenal sebagai Dewi Persik, Dewi Yul, Dewi Sandra, Dewi Lestari, Dewi Gita dan Dewi-Dewi. Lalu apa hubungannya 14 Februari dengan remaja Indonesia ?. Tanggal 14 Februari mau memperingati Dewi yang mana?. Hallo Remaja Indonesia siapa bisa jawab pertanyaan itu. Seharusnya Remaja Indonesia memiliki kepribadian yang kuat bukan memiliki mental pengekor yang tidak jelas. Hari kasih sayang itu tidak cuma tanggal 14 Februari tapi sepanjang hari, sepanjang minggu, sepanjang bulan sepanjang tahun dan sepanjang usia kita. Apalagi Tuhan menganugrahkan kasih sayangNya tanpa batas waktu. Kapanpun Tuhan akan selalu Maha Pengasih Maha Penyayang. Iya khan?.

Pasuruan 14 Februari 2008.