Friday, March 1, 2013

Jalan Hidup Salikin (5): Dunia Mimpi


Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Kata ara fi al-manam (aku melihat dalam mimpi) boleh jadi saling memperkuat satu sama lain (muqayyad) untuk meyakinkan bahwa apa yang dilihat dalam mimpi itu benar-benar adanya. 

Hal ini wajar digunakan Tuhan karena terkait dengan nyawa seseorang, yaitu nyawa bagi anak semata wayang (Ismail) yang sudah lama didambakan nabi Ibrahim. 

Ayat ini kemudian menjadi dasar disyariatkannya ibadah kurban setiap tahun bagi mereka yang memiliki kemampuan.

Sedangkan, busyra berasal dari akar kata basyara-yabsyuru berarti mengupas, memotong, memperhatikan. Dari akar kata ini lahir kata busyra yang dijelaskan Rasulullah SAW sebagai mimpi. 

Sebagaimana dalam suatu riwayat yang berkenaan dengan ayat, “Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (QS Yunus [10]: 64).

Selain itu, Abu Darda bertanya kepada Nabi tentang arti ayat ini. Lalu, dijawab oleh Nabi, “Belum pernah ada yang menanyakan kepadaku tentang ayat itu sebelum dirimu. Yang dimaksud ayat ini ialah mimpi baik yang dilihat oleh orang yang diperlihatkan kepadanya.”

Mimpi yang terungkap dalam diri seorang nabi diyakini mutlak kebenarannya dan mimpi itu dapat disebut bentuk lain dari wahyu. 

Mimpi yang muncul dari orang yang bukan nabi atau rasul, sungguh pun itu dari seorang wali, tidak bisa dijadikan sebagai hujjah atau dasar hukum yang dapat dipedomani secara kolektif. 

Namun, mimpi yang lahir dari para wali atau salik, inilah nanti yang kita sebut sebagai waqiah dan atau mukasyafah, yang akan diuraikan dalam artikel mendatang.

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/gaya-sufi/13/01/15/mgnmin-jalan-hidup-salikin-5-dunia-mimpi
Redaktur : Chairul Akhmad

Jalan Hidup Salikin (4): Dunia Mimpi


Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Mimpi yang terungkap dalam diri seorang nabi diyakini mutlak kebenarannya dan mimpi itu dapat disebut bentuk lain dari wahyu.

Dalam perspektif ilmu tasawuf, dunia mimpi dikenal dengan beberapa istilah. Istilah itu disesuaikan dengan sifat dan tingkat kualitas mimpi. 

Istilah-istilah tersebut, antara lain, hilm, ruy’yah, manam, busyra, waqi’ah, dan mukasyafah. 

Dalam Alquran dan hadis pun sering digunakan istilah-istilah ini secara bergantian. Kalangan ulama tasawuf membedakannya menjadi tiga kategori. Pertama, hilm, ruy’yah, dan manam. Kedua,  waqi’ah dan ketiga mukasyafah. 

Pada edisi sebelumnya, telah dikupas pengertian hilm dan ruy’yah. Sedangkan, manamat merupakan bentuk jamak dari manam, berasal dari akar kata nama-yanam, berarti tidur atau mengantuk, kemudian membentuk kata manam berarti mimpi. 

Kata manam dan ruy’yah dapat disamakan pengertiannya. Dan, Alquran juga secara bergantian menggunakan istilah ruy’yah dan manam. 

Bahkan, terkadang keduanya disandingkan untuk mengungkapkan pengalaman spiritual dalam bentuk mimpi sebagai sumber petunjuk. 

Seperti, di dalam ayat, “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ 

“Ia menjawab, ‘Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS ash-Shaffat [37]:102).

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/gaya-sufi/13/01/14/mgm0me-jalan-hidup-salikin-4-dunia-mimpi
Redaktur : Chairul Akhmad