Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
“Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya), 'Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering.”
“Hai orang-orang yang terkemuka, terangkanlah kepadaku tentang takbir mimpiku itu jika kamu dapat menakbirkan mimpi.”
“Mereka menjawab, ‘(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu menakbirkan mimpi itu. Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya,
'Aku akan memberitakan kepadamu tentang (orang yang pandai) menakbirkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya)'. (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru),
“Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya.”
“Yusuf berkata, ‘Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa, maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan’.” (QS Yusuf: 43-48).
Kisah Nabi Yusuf di atas mengisyaratkan kepada kita bahwa ada kualitas mimpi yang mampu memberikan solusi terhadap problem sosial kemasyarakatan.
Seorang yang dekat dengan Tuhan akan mendapatkan petunjuk tidak hanya ketika ia sedang terjaga, tetapi juga ketika sedang tidur. Termasuk juga ia mampu menafsirkan mimpi orang lain yang berdampak pada kemaslahatan umat manusia.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/gaya-sufi/13/01/09/mgcjfm-jalan-hidup-salikin-3-dunia-mimpi
“Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya), 'Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering.”
“Hai orang-orang yang terkemuka, terangkanlah kepadaku tentang takbir mimpiku itu jika kamu dapat menakbirkan mimpi.”
“Mereka menjawab, ‘(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu menakbirkan mimpi itu. Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya,
'Aku akan memberitakan kepadamu tentang (orang yang pandai) menakbirkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya)'. (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru),
“Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya.”
“Yusuf berkata, ‘Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa, maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan’.” (QS Yusuf: 43-48).
Kisah Nabi Yusuf di atas mengisyaratkan kepada kita bahwa ada kualitas mimpi yang mampu memberikan solusi terhadap problem sosial kemasyarakatan.
Seorang yang dekat dengan Tuhan akan mendapatkan petunjuk tidak hanya ketika ia sedang terjaga, tetapi juga ketika sedang tidur. Termasuk juga ia mampu menafsirkan mimpi orang lain yang berdampak pada kemaslahatan umat manusia.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/gaya-sufi/13/01/09/mgcjfm-jalan-hidup-salikin-3-dunia-mimpi
Redaktur : Chairul Akhmad |