Tuesday, February 26, 2013

Jalan Hidup Salikin (3): Dunia Mimpi


Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

“Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya), 'Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering.” 

“Hai orang-orang yang terkemuka, terangkanlah kepadaku tentang takbir mimpiku itu jika kamu dapat menakbirkan mimpi.”

“Mereka menjawab, ‘(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu menakbirkan mimpi itu. Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya,

 'Aku akan memberitakan kepadamu tentang (orang yang pandai) menakbirkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya)'. (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru),

“Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya.”

“Yusuf berkata, ‘Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa, maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan’.” (QS Yusuf: 43-48).

Kisah Nabi Yusuf di atas mengisyaratkan kepada kita bahwa ada kualitas mimpi yang mampu memberikan solusi terhadap problem sosial kemasyarakatan. 

Seorang yang dekat dengan Tuhan akan mendapatkan petunjuk tidak hanya ketika ia sedang terjaga, tetapi juga ketika sedang tidur. Termasuk juga ia mampu menafsirkan mimpi orang lain yang berdampak pada kemaslahatan umat manusia. 

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/gaya-sufi/13/01/09/mgcjfm-jalan-hidup-salikin-3-dunia-mimpi
Redaktur : Chairul Akhmad

Thursday, February 21, 2013

Inilah Tiga Wajah Sabar


Foto Antara


REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr Amir Faishol Fath

Sabar menjalani hidup dengan segala kondisinya, tidak tergesa-gesa mendapatkan hasil, dan tetap semangat menghadapi cobaan apa pun adalah sikap yang bersinergi dengan sunnatullah.
Lihatlah tanaman tidak langsung berbuah saat ditanam. Buahnya pun tak langsung masak saat muncul, bahkan harus menunggu berbulan-bulan untuk mencapai musim panen.

Sang janin dalam kandungan ibunya tak langsung lengkap anggota tubuhnya. Ia harus menunggu berbulan-bulan untuk menjadi sempurna. Allah SWT bahkan mengajarkan, penciptaan langit dan Bumi berlangsung selama enam hari. Padahal Allah bisa menciptakannya dalam sekejap hanya dengan mengatakan "kun fayakuun". Ini semua untuk mengajarkan pentingnya sifat sabar melalui berbagai proses hidup dan kehidupan.


Para ulama membagi sifat sabar dengan tiga wajah. Pertama, sabar menaati Allah. Mengapa? Sebab untuk menjalankan semua rukun Islam sangat membutuhkan kesabaran.
Shalat, misalnya. "Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." (QS Thaha: 132).

"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk." (QS Al-Baqarah: 45).


Allah SWT mengaitkan antara sabar dan shalat bahwa seseorang tak akan menegakkan shalat dengan benar tanpa kesabaran dirinya. Hidup bersama dengan orang-orang beriman, membantu mereka, berdakwah bersama mereka, membimbing mereka menaati Allah, juga membutuhkan kesabaran. Juga lihat QS Al-Kahfi: 28. Bahkan ada dua tugas pokok seorang Muslim yang keduanya saling berkait tak terpisahkan untuk mendapatkan kebahagiaan, yaitu saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.


Kedua, sabar menjauhi maksiat. Sabar mengendalikan gejolak nafsu jangan sampai terseret kepada dosa. Sabar menahan diri dari perhiasan dunia yang selalu menggodanya. Sabar meninggalkan harta haram yang menggiurkan. Sabar tidak mendekati jalan-jalan zina yang selalu memanggilnya.
Rasulullah SAW menyebutkan, ini adalah jalan ke surga. "Surga diselimuti dengan hal-hal yang tidak menyenangkan, sementara neraka diselimuti dengan hal-hal yang menggiurkan."

Ketiga, sabar menjalani ujian Allah SWT bahwa hidup dan mati, senang dan susah, mudah dan sulit, semua adalah ujian. Banyak orang bertahan pada saat diuji dengan kesulitan, namun malah ia jatuh pada saat diuji dengan kemudahan. Banyak semut justru mati di dalam gula. Seekor kera tidak jatuh pada saat diembus angin kencang.
Malah ia jatuh pada saat diembus angin sepoi-sepoi. Sorang Mukmin harus selalu sabar pada saat diuji dengan kesulitan dan bersyukur pada saat diuji dengan kesenangan. Inilah sukses.
Wallahu a’lam bishshawab.
Redaktur : Heri Ruslan





Sunday, February 17, 2013

Ma Yize: Ilmuwan Legendaris Muslim dari Cina (1)


http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/ma-yize-_130215174255-369.jpg


REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh Desy Susilawati/ Heri Ruslan

Ketika Dinasti Song berkuasa pada  abad ke-10 M, ternyata peradaban Islam telah turut berjasa dalam mengembangkan sains dan teknologi di Tiongkok. Selama ini, sejarah kerap menyebutkan ilmu pengetahuan dari dunia Islam  berkembang di Cina pada masa kekuasaan Dinati Yuan ((1206-1279).

Ternyata, sains Islam terutama astronomi telah mempengaruhi peradaban Cina  sejak zaman Dinasti Song.

Hal itu sangat beralasan. Apalagi, di masa itu dunia Islam – di Timur Tengah -- sedang mencapai masa keemasannya.   Isa Ziling Ma dalam tulisannya bertajuk ''Islamic Astronomy in China: Spread and Development" menuturkan, astronomi Islam menyebar ke Cina pada era Dinasti Song (960-1127). Sayangnya, papar Isa, bukti resmi yang mencatat peristiwa penyebaran sains Islam di Cina pada zaman itu nyaris tak ada.

''Sejarah secara detail baru mencatat penyebaran astronomi Islam ke Cina pada era Dinasti Yuan,'' ungkap Isa.  Penyebaran astronomi Islam  di Tiongkok  ternyata memang telah berlangsung pada era kekuasaan Dinasti Song.
Fakta itu terkuak setelah seorang ilmuwan Taiwan bernama Pof Luo Xianglin pada tahun 1968 menemukan sebuah buku berjudul ''The Huai Ning  Ma Family Tree”  di Perpustakaan Studi Asia Timur, Columbia University, AS.

Prof Luo  menemukan fakta bahwa astronomi Islam memang telah berkembang di Cina pada masa Dinasti Song. Penyebar astronomi Islam di Cina, menurut Prof Luo, adalah Ma Yize. Buku "The Huai Ning Ma Family Tree" itu menjelaskan silsilah klan Ma Yize. Menurut buku itu,  Ma Yize adalah astronom terkemuka di Cina. Ia terlahir di Rumi pada bulan  Rabiul Awal tahun 308 H.

Ia datang ke Cina pada usia 40 tahun. Pada zaman itu,  penguasa Dinasti Song sangat tertarik pada sains.  Kaisar Taizu (berkuasa 950-976) begitu mengagumi studi astronomi yang telah berkembang sangat pesat di dunia Islam. Sang Kaisar pun berupaya keras untuk mengembangkan  ilmu yang menguak rahasia langit itu.  

Pada tahun 961 M, Kaisar Taizu kemudian menunjuk seorang ilmuwan bernama Ma Yize untuk mengembangkan astronomi di Cina. Ma Yize adalah  astronom dan astrolog Muslim yang sangat termasyhur di zaman itu.  Berdasarkan versi lain,  Ma Yize a merupakan ilmuwan  berdarah Arab. Konon, nenek moyangnya berasal dari  Semenajung Arab  yakni wilayah perbatasan antara Yaman dengan Oman. 

Karier pertamanya di bidang astronomi  dimulai dengan membantu Wang Chuna mengumpulkan beberapa karya astrologi, termasuk Yingtianli -- sebuah kalender. Ia mengembangkan astronomi dan mengamati alam semesta dengan metode Islam. Berbagai temuan Ma Yize dalam astronomi dan astrologi kemudian dikumpulkan Wang Chuna dalam Yingtianli. 

Pembuatan karya besar yang dilakukan dua astronom kenamaan Dinasti Song itu tuntas pada tahun 963 M. Pengaruh astronomi Islam begitu banyak diserap dalam Yingtianli. Penghitungan, seminggu tujuh hari yang dipakai kalender Cina itu menggunakan sistem kalender Islam.  

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/13/02/15/mi9cgx-ma-yize-ilmuwan-legendaris-muslim-dari-cina-1
Redaktur : Heri Ruslan







Thursday, February 14, 2013

Malam Pertama di Kubur (Bagian ke-2)


REPUBLIKA.CO.ID -- Utsman bin Affan ketika mendengar jenazah tersiar, ia menangis sampai pingsan sehingga orang-orang membawanya seperti jenazah ke rumahnya. Mereka bertanya kepadanya dalam satu kesempatan, ''Apa yang terjadi padamu?'' 

Utsman menjawab, ''Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ''Kuburan itu tempat pertama di akhirat.'' Hadits Riwayat Ahmad.

Jika seorang hamba selamat darinya, maka sungguh ia sangat berbahagia. Tapi jika ia disiksa di dalam kubur, kita berlindung kepada Allah SWT, sungguh ia telah merugi di akhir keseluruhannya.

Aidh Al Qarni mengisahkan dalam bukunya Sentuhan Spiritual Aidh Al Qarni, ''Kubur itu dari sebagian taman surga atau lubang dari sebagian lubang neraka. Jika ia baik, maka yang setelahnya merupakan yang terbaik di sisi Tuhan. Tapi jika buruk, maka setelahnya lebih menyengsarakan bagi hamba yang berpaling dari jalan Allah.

Aidh Al Qarni melanjutkan, ''Aku mendatangani kuburan, aku kemudian memanggilnya, ''Di manakah orang yang diagungkan dan orang yang dihinakan? Mereka semua musnah, tiada pemberi kabar. Dan, mereka semua mati dan kabar itu pun mati.

Wahai orang yang bertanya kepadaku tentang orang-orang yang telah berlalu, tidakkah engkau mengambil pelajaran dari sesuatu yang telah berlalu. Anak-anak orang kaya itu pergi dan berlalu, maka keindahan bentuk itu pun dihapuskan.

Aidh Al Qarni mengisahkan, aku datang ke kuburan. Kuburan para pemimpin dan para bawahan. kuburan raja dan rakyat jelata, kuburan orang-orang kaya dan orang-orang miskin. Semua sama di sisi Allah.

Apakah Anda melihat kuburan yang unggul dari kuburan yang lain? Apakah malaikat itu terjun ke dalam kubur yang terbuat dari emas atau perak? Demi Allah, ia telah meninggalkan kerajaan, istana, tentara dan segala sesuatu yang ia miliki. Ia mengenakan sepotong kain, seperti yang kita kenakan. Dan, ia pun dikuburkan di dalam tanah.

''Wahai Anak Adam, ibumu telah melahirkanmu dalam keadaan menangis, sementara orang-orang di sekelilingmu, tertawa penuh  rasa bahagia. Maka, beramallah untuk dirimu agar engkau menjadi orang yang tertawa penuh bahagia ketika orang-orang di sekelilingmu menangis pada hari kematianmu.''

Di antara manusia, masih ada yang beramal untuk hari kematian itu. Mereka selalu siap untuk bertemu dengan Allah SWT. Mereka selalu mengamati detik kematian itu dalam setiap saat.

Wednesday, February 13, 2013

David Sanford Scherer: Takbir yang Menggetarkan (1)


http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/david-scherer-_130205101833-351.jpg


REPUBLIKA.CO.ID -- Gema takbir di malam Idul Fitri 20 tahun silam, menggetarkan hati David Sanford Scherer. Kalimat yang mengagungkan sang Khalik itu membuatnya merinding. 

Cahaya iman pun menyala dalam hatinya. Seketika itu pula, pria kelahiran Yokohama, Jepang itu memutuskan memeluk Islam.

''Langsung saya bilang mau masuk Islam. Alhamdulillah, di malam takbiranitu saya memeluk Islam,'' ujar ayah dua anak itu kepada Republika di sela-sela acara pengajian yang digelar Mushala Al-Muhajirin, Denpasar, Bali, beberapa waktu lalu. 

Tak hanya gema takbir yang membuatnya memeluk Islam. Suara azan yang berkumandang lima kali sehari juga menjadi pembuka pintu hidayah.Pengusaha catering terkemuka di Pulau Dewata itu mengaku selalu merinding setiap kali mendengar takbir di malam hari raya.
 
''Makanya, malam takbiran saya nggak di Bali. Biasanya ke Jakarta. Metua saya di Ciputat,''papar suami dari Indriani Kuntowati itu menjelaskan.

David hijrah ke Indonesia bersama orang tuanya pada 1980-an. Kedua orang tuanya mencoba berbagai usaha hingga akhirnya menetap di kawasan Menteng Dalam

Seperti halnya Presiden Amerika Serikat Barack Obama, David pun mulai mengenal puasa, shalat, serta takbir dari lingkungan masyarakatMenteng Dalam. 

Ia amat bersyukur menjadi seorang Muslim. Menurut David, umumnya orang Indonesia terlahir sebagai seorang Muslim. Namun, kata dia, mualaf umumnya lebih cepat memahami, menjiwai serta mengamalkan ajaran Islam.

''Itu, karena para mualaf menyadari Islam agama terbaik,'' ungkap aktivistadabbur Alquran bersama Ar-Rahman Quranic Learning Center Bali. Ia mengatakan untuk dapat menjalankan ajaran Islam dengan baik, para orang tua harus menjadi contoh dan teladan bagi anak-anaknya.

Seringkali, kata dia, orang tua menyuruh anak-anaknya mengaji, sementara mereka tidak melakukannya. Padahal, contoh terbaik dimulai dari orang tua di rumah.

Kebaikan apa saja, kata David, bila dicontohkan orang tua dengan baik, akan diikuti anak. Kalau cuma perintah dan orang tua tidak melakukannya, sulit dilaksanakan dengan baik.

Sebagai seorang MuslimDavid berupaya menjadi imam bagi istri dan anak-anaknya. David tak pernah henti bersyukur. Semangat menjalankan ajaran Islam yang dilakukannya diikuti kedua anaknya. 

Bersama putranya waktu itu, ia berhasil mewujudkan mushala di sekolah anaknya waktu itu. ''Alhamdulillah, ini semua berkat rahmat Allah SWT, sehingga memudahkan siapa pun melaksanapakan ibadah,'' ungkapDavid penuh syukur.

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/13/02/05/mhq9cx-david-sanford-scherer-takbir-yang-menggetarkan-1
Redaktur : Damanhuri Zuhri




Tuesday, February 5, 2013

Diterimanya Doa



http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/wanita-muslim-berdoa-_120503210642-348.jpg


REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Makmun Nawawi
Abas ad-Dauri berkata, "Telah bercerita kepada kami Ali bin Abi Fazarah, tetangga kami. Ia berkata, 'Umi saya cacat dan tak bisa jalan sekitar 20 tahun lamanya. Suatu hari ia berucap padaku,
Pergilah ke Ahmad bin Hambal, dan mintalah padanya agar dia mendoakan saya. Aku pun mendatanginya, lalu kuketuk pintunya, sementara beliau sedang berada di ruang tengah'."

"Siapa itu?" kata orang yang berada di dalam. Saya menjawab, "Saya, orang yang disuruh ibunya yang cacat dan tak bisa jalan agar meminta didoakan olehmu." Maka kudengar ucapannya, seperti ucapan orang yang marah. "Kami juga amat butuh untuk engkau doakan kepada Allah."

Lantas saya pun berpaling, dan mundur untuk pulang. Tak berapa lama, keluarlah seorang wanita tua, seraya berkata, "Ketika engkau pergi, sang imam berdoa pada Allah untuk ibumu."

Saya pun pulang ke rumah dan kuketuk pintu. Ternyata ibuku keluar dan berjalan dengan kedua kakinya yang normal.

Di kalangan orang saleh, dahulu kala cerita tentang orang yang doanya diijabah (mustajabud da'wah) sungguh tak sedikit. Suatu hal yang kalau ditarik ke era kini mungkin nyaris menjadi cerita fantasi yang hanya ada dalam bayangan.

Simak cerita lain dari kehidupan Abdullah Ibnul Mubarak, tokoh saleh yang terkenal kedermawanannya. Abu Wahab berkata, "Ibnul Mubarak berjalan lalu bertemu dengan seorang yang buta."

Ia berkata, "Bolehkah saya meminta kepada engkau agar mendoakan saya supaya Allah mengembalikan penglihatan saya?" Kemudian Ibnul Mubarak berdoa, dan orang itu pun dapat melihat kembali. "Saya benar-benar menyaksikannya," ujar Abu Wahab. 

Di tengah gempuran arus materialisme yang dahsyat yang segala sesuatu diukur dengan kebendaan, tak mudah meyakinkan orang, doa yang makbul itu ada. Ia bisa menjadi jalan keluar bagi kehidupan kaum Muslimin. "Dan Rabbmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu." (QS al-Mukmin [40]: 60).

Sebagian orang mungkin ada yang menangkap ayat ini dengan pandangan minor, karena dianggap tak sesuai  dengan kenyataan.
Padahal, di samping bentuk pengabulan doa, kadang mereka sendiri yang membuat dinding pembatas antara dirinya dan diterimanya doa, yakni dengan mengonsumsi barang-barang haram. 

Rasulullah saw bersabda, "Wahai segenap manusia, Allah sungguh Mahabaik dan tak menerima kecuali yang baik. Allah Taala sungguh memerintahkan kaum Mukminin dengan sesuatu yang juga Dia tujukan untuk para Rasul.
Rasulullah saw mengutip ayat Alquran yang artinya, "Hai para Rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS al-Mukminun [23]: 51). Lihat juga QS al-Baqarah [2]: 172.

Kemudian, Rasulullah saw menyebutkan seseorang yang bepergian jauh, rambutnya kusut masai dan berdebu, seraya menengadahkan tangannya ke langit. "Wahai Rabbku, wahai Rabbku."
Sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan." (Hadits Riwayat Abu Hurairah).
Redaktur : Damanhuri Zuhri 



Friday, February 1, 2013

Jalan Hidup Salikin (2): Dunia Mimpi


blogspot.com



Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Ru’yah berasal dari kata ra`a berarti melihat, bermimpi, mengerti. Dari akar kata ini lahir kata ru'yah atau ru'yayah berarti mimpi. 

Mimpi yang diungkapkan dengan kata ru'yah umumnya mempunyai makna yang berdampak dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Berbeda dengan kata hilm yang lebih berdampak pada pribadi.

Kata ara atau ru'yah dalam arti mimpi diungkapkan Alquran beberapa kali. Seperti dalam ayat, “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!'

Ia menjawab, 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar'." (QS as-Shaffaat [37]: 102).

Dalam ayat lain juga disebutkan, “(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, 'Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat 11 bintang, matahari dan bulan, kulihat semuanya sujud kepadaku.' 

Ayahnya berkata, 'Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia'." (QS Yusuf [12]: 4-5).

Kata inni ara fi al-manam (aku melihat dalam mimpi) dalam kedua ayat tersebut di atas ialah mimpi yang sering dialami oleh para nabi atau pembesar yang memiliki dampak lebih luas di dalam masyarakat. 

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/gaya-sufi/13/01/08/mgaadc-jalan-hidup-salikin-2-dunia-mimpi

Redaktur : Chairul Akhmad
Reporter : jalan hidup salikin, dunia mimpi