Thursday, January 31, 2013

Malam Pertama di Kubur (1)


Malam Pertama di Kubur (1)
Foto http://www.republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID,Umar bin Abdul Aziz, salah seorang penguasa di antara penguasa-penguasaDinasti Umawiyah, sebelum menjadi khalifah, setiap hari mengganti pakaian lebih dari satu kali. Ia memiliki emas dan perak, pembantu dan istana, makanan dan minuman serta segala yang ia inginkan.

Tapi, seperti dikisahkan Dr Aidh Al Qarni dalam bukunya Sentuhan Spiritualterbitan Al Qalam, ketika Umar bin Abdul Aziz memangku kekhalifahan dan menjadi penanggung jawab urusan kaum Muslimin, ia meninggalkan semua itu, sebab ia ingat malam pertama di dalam kubur.

Umar bin Abdul Aziz berdiri di atas mimbar di hari Jumat. Ia kemudian menangis. Ia telah dibaiat umat Islam sebagai pemimpin. Di sekelilingnya terdapat para pemimpin, menteri, ulama, penyair dan panglima pasukan.

Ia berkata, ''Cabutlah pembaiatan kalian!'' Mereka menjawab, ''Kami tidak menginginkan selain Anda.'' Umar bin Abdul Aziz kemudian memangku jabatan itu, sedang ia sendiri membencinya.

Tak sampai seminggu kemudian, kondisi tubuhnya sangat lemah dan air mukanya telah berubah. Bahkan, ia tidak mempunyai baju kecuali hanya satu. Orang-orang bertanya kepada istrinya tentang apa yang terjadi pada khalifah.

Istrinya menjawab, ''Demi Allah, ia tidak tidur semalaman. Demi Allah, ia beranjak ke tempat tidurnya, membolak-balik tubuhnya seolah tidur di atas bara api. Ia mengatakan, ''Ah, ah, aku memangku urusan umat Muhammad saw, sedang pada hari Kiamat nanti aku akan dimintai tanggungjawab oleh fakir dan miskin, anak-anak dan para janda.''

Salah seorang ulama berkata kepadanya, ''Wahai Amirul Mukminin. Kami melihat Anda di Makkah sebelum menjabat kepemimpinan, Anda berada dalam kondisi penuh nikmat, sehat dan bugar.Gerangan apa yang telah mengubah diri Anda?''

Umar bin Abdul Aziz kemudian menangis hingga tulang rusuknya nyaris terkilir.Umar berkata kepada ulama yang tak lain adalah Ibnu Ziyad.

''Wahai Ibnu Ziyad, bagaimana bila engkau melihatku di dalam kubur setelah tiga hari, satu hari aku melepaskan pakaianku dan aku berbantal debu, meninggalkan kekasihku, meninggalkan teman-temanku? Bagaimana jika engkau melihat setalah tiga hari? Demi Allah, engkau akan melihat pemandangan yang buruk!''

Maka, kita meminta kepada Allah SWT untuk mendapatkan perbuatan baik.

Aidh Al Qarni kemudian berkata, ''Demi Allah, seandainya seorang pemuda hidup seribu tahun dari umurnya dengan mengurusi urusannya, menikmati semua kelezatan selama seribu tahun itu, mencicipi kelezatan selama seribu tahun itu di dalam istana yang dihuninya, ia tidak akan terlena oleh bingung sepanjang hidupnya.

''Tidak, kebingungan itu tidak bisa ditolak dari dalam dadanya. Tidaklah semua kenikmatan selama seribu tahun itu cukup untuk memenuhi satu malam di dalam kuburnya,'' kata Aidh Al Qarni mengingatkan. (Bersambung).

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/gaya-sufi/13/01/31/mhhc1c-malam-pertama-di-kubur-1








Sunday, January 27, 2013

Rasulullah: Potret Idealisasi Fitrah Manusia

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Ina

“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung,” (Qs. Al-Qalam: 4)
 

Potret manusia sempurna sepanjang sejarah terlukis pada seorang insan kamil, nabi akhir zaman, Muhammad Rasulullah Saw baik dari segi fisik maupun kepribadiannya. Kesempurnaan yang didesign khusus oleh Zat Sebaik-baiknya Pencipta, tersusun sejak beliau masih di dalam kandungan ibunya, Siti Aminah. 

Di usia yang masih sangat kecil, ketabahan beliau sudah sedemikian diuji oleh Allah. Pengasuhan yang berpindah-pindah, dari asuhan tulus penuh kasih sayang dari Ibu susunya, Halimatus Sa’diyah, lalu kakeknya, kemudian pamannya, membuat pribadi Rasulullah kian kuat: mandiri, sahaja, berkharisma dan sederhana, sebab beliau menyadari betul bahwa dirinya sebatangkara— tanpa orangtua. 

Kepribadian yang sungguh berbeda dari anak-anak sebayanya; tidak pernah menyembah berhala, apalagi menenggak arak dan berdendang ria, membuat kita meyakini bahwa Allah telah mempersiapkan risalah suci jatuh kepada beliau, karena proses panjang yang dialami Rasulullah pra-kenabian sungguh mengagumkan. 

Genap di usia 40 tahun, akhirnya beliau menerima sebuah risalah yang sungguh membuatnya gelisah; kalamullah yang ribuan untaian kalimah-nya begitu memukau, terlantun indah.

Secara kauniyah (faktual) isi dan kandungan Al-Quran telah dirasakan dan dialami terlebih dahulu oleh jiwa Rasulullah untuk kemudian ayat secara berangsur-angsur turun sesuai dengan permasalahan yang dialami para sahabat atau pertanyaan (tantangan) dari kaum kuffar Quraisy. Itulah yang disebut asbabun nuzul (sebab turunnya wahyu) yang sifatnya membenarkan dan meluruskan pengalaman yang terjadi.

Sebab tujuan Al-Quran secara bertahap itulah, dalam suatu hadits diriwayatkan bahwa akhlaq Muhammad ialah Al-Quran itu sendiri, yang dimaknai bahwa segala perbuatan, ketetapan, perkataan beliau refleksi dari kandungan Al-Quran sebagai anugerah dan rahmat dari Allah sesuai fitrah manusia.

Selain sebagai peneguh hati beliau, alasan lain Quran diturunkan secara bertahap ialah sebagai ‘proses pengajaran’ langsung dari Allah. Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur agar koheren antara masa (waktu), masalah, dan jawaban penting sesuai dengan pertanyaan dan rasa ingintahu para sahabat dan kaum kafir. 

Sesuai dengan Qs Al-Furqan 32-33, “Orang-orang kafir bertanya, ‘Kenapa Al-Quran tidak diturunkan pada Muhammad sekaligus?’ Demikianlah, kami turunkan secara berangsur agar memperteguh hatimu dan Kami bacakan secara tartil. Tiap mereka datang padamu membawa pertanyaan Kami selalu datangkan padamu kebenaran dan penafsiran yang sebaik-baiknya.”

Pendapat rajih juga berpendapat bahwa Rasulullah mendapatkan wahyu 13 tahun di Makkah (fase Makiyyah) dan usai hijrah ke Madinah selama 10 tahun (fase madaniyah) dan total turunnya wahyu kurang lebih 23 tahun.

Sebab proses turunnya Al-Quran secara berangsur-angsur itulah Al-Quran turun apabila terjadi sebuah peristiwa, permasalahan, pengalaman, yang dirasakan dalam jiwa manusia baik yang berupa sebuah keburukan ataupun kebaikan. Al-Quran bertindak sebagai furqanan (yang memberikan keterangan perbedaan antara fitrah kesucian dan keburukan) itulah sebabnya pula Rasulullah bersabda bahwa Islam adalah agama fitrah atau sebagai rahmat seluruh alam karena Quran adalah sebuah pengalaman yang muncul dalam jiwa manusia. Yang keluar dari jiwa itulah jiwa yang baik maupun yang buruk. 

Selain itu, Rasulullah diutus untuk membangkitkan kecenderungan yang inheren pada diri manusia terhadap tauhid dan akhlak yang merupakan bawaan sejak lahir.

Allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammad..

Wallahu a’lam..


http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/01/26/mh7v1x-rasulullah-potret-idealisasi-fitrah-manusia

Tuesday, January 22, 2013

Jalan Hidup Salikin (1): Dunia Mimpi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar Hilm, Ru’yyah, dan Manam Mimpi yang diungkapkan dengan kata ru'yah umumnya mempunyai makna yang berdampak dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Dalam perspektif ilmu tasawuf, dunia mimpi dikenal dengan beberapa istilah. Istilah itu disesuaikan dengan sifat dan tingkat kualitas mimpi itu. Istilah-istilah tersebut, antara lain, hilm, ru’yyah, manam, busyra, waqi'ah, dan mukasyafah. Dalam Alquran dan hadis pun sering digunakan istilah-istilah tersebut secara bergantian. Kalangan ulama tasawuf membedakannya dalam tiga kategori. Pertama hilm, ru'yah, dan manam. Kedua, waqi'ah. Ketiga, mukasyafah. Hilm, ru'yah, dan manam, ketiganya berarti mimpi dan sering digunakan secara bergantian dalam Alquran. Hilm lebih sering digunakan dalam konteks mimpi yang dihubungkan dengan persoalan biologis. Kata hilm secara literal berarti mengisi, bermimpi, mencapai usia dewasa. Kata hilm ini lebih populer di kitab-kitab fikih. Ini karena di sana hilm diartikan sebagai anak laki-laki yang sudah mencapai usia akil balig yang ditandai dengan pengalaman “mimpi basah”, yakni bermimpi dengan sesuatu yang menyebabkan keluarnya sperma. Mimpi seperti ini menjadi kriteria seorang anak laki-laki disebut mukalaf, orang yang sudah memenuhi syarat dan dipandang cakap dan cerdas menjalankan perbuatan hukum. Baik hukum ibadah mahdlah maupun hukum-hukum keperdataan (muamalat), seperti bertransaksi dan menjadi saksi. Bagi anak perempuan, indikasinya ialah menstruasi (haid). Contoh penggunaan kata hilm dalam arti ini, "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum sampai usia balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari), yaitu sebelum shalat Subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar) mu di tengah hari, dan sesudah shalat Isya.” “ (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebagian kamu (ada keperluan) kepada sebagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan, Allah Mahamengetahui lagi Mahanijaksana.” (QS an-Nuur [4]: 58). Redaktur: Chairul Akhmad http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/gaya-sufi/13/01/07/mg88vn-jalan-hidup-salikin-1-dunia-mimpi

Friday, January 18, 2013

Musibah Banjir

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr HM Harry Mulya Zein Musibah banjir yang melanda seluruh wilayah Kota Jakarta dan Tangerang membuat panik semua warga. Sepertinya musibah banjir di negeri ini selama kurun waktu lima tahunan, adalah musibah yang teramat parah. Kondisi ini pada dasarnya tidak luput dari prilaku manusia. Jika kita mau membuka kembali Alquran, tampak jelas bahwa bencana alam dan krisis lingkungan akibat dari ulah merusak sebagian dari umat manusia. Dalam sebuah ayat Allah berfirman, ”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” (QS Ar-Rum[30]:41). Ayat ini secara eksplisit menegaskan bahwa kerusakan di muka bumi disebabkan ulah tangan manusia. Bencana yang datang silih berganti bukan fenomena alam. Akan tetapi karena prilaku merusak manusia sendiri yang telah merusak alam ciptaan Allah. Para pemikir Timur dan Barat kontemporer memandang masalah utama kerusakan parah Bumi akibat terjadinya pemisahan serius antara sains dan dari spiritualitas dan nilai-nilai moral. Para pemikir menilai krisis lingkungan yang terjadi dewasa ini menunjukkan bahwa sebagian besar negara-negara dunia dilanda problem nilai dan spiritualitas. Fritjof Capra memandang krisis lingkungan bermuara pada kesalahan cara pandang manusia modern terhadap alam semesta. Manusia modern pada umumnya masih menganut paradigma mekanistis dan reduksionistis terhadap alam semesta. Implikasinya, alam sebagai objek yang selalu diekspolitasi secara berlebih. Oleh karena itu, pandangan manusia harus diubah menuju paradigma yang holistik dan ekologis. Bahwa merusak alam dan lingkungan merupakan perbuatan dosa dan pelanggaran karena mengakibatkan gangguan keseimbangan di bumi. Ketiadaan keseimbangan itu, mengakibatkan siksaan kepada manusia. Semakin banyak perusakan terhadap lingkungan, semakin besar pula dampak buruknya terhadap manusia, termasuk akan berdampak kepada manusia yang tidak berdosa disekitarnya. Dalam Islam sudah sangat terang, bumi, alam, lingkungan diciptakan Allah swt bukan tanpa arti. Penciptaan alam, lingkungan, bumi merupakan tanda keberadaan Allah, Tuhan Yang Maha Pencipta. Sebagaimana firman Allah swt dalam Alquran bahwa terdapat tanda-tanda kebesaran-Nya di bumi ini. "Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin,”(QS Adz-Dzariyat [51]:20). Dalam Al-Quran, Allah menyatakan bahwa alam diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Allah berfirman,”Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir,”(QS Al-Jatsiyah [45}:13). Ayat inilah yang menjadi landasan teologis pembenaran Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia. Islam tidak melarang memanfaatkan alam, namun ada aturan mainnya. Manfaatkan alam dengan cara yang baik (bijak) dan manusia bertanggungjawab dalam melindungi alam dan lingkungannya serta larangan merusaknya. Manusia sebagai khalifah (wakil atau pengganti) Allah, salah satu kewajiban atau tugasnya adalah membuat bumi makmur. Ini menunjukkan bahwa kelestarian dan kerusakan alam berada di tangan manusia. Kini manusia harus lebih ramah terhadap alam semesta melebihi sebelumnya. Untuk mewujudkan kedamaian dan keseimbangan dengan lingkungan, manusia harus memiliki ikatan yang kokoh dengan pencipta alam semesta. Orang yang mematuhi aturan Ilahi, maka ia juga memiliki hubungan yang baik dengan sesama manusia dan alam semesta. Merusak dan mencemari lingkungan menyebabkan terjadinya berbagai bencana seperti banjir saat ini. Untuk itu, Islam mengharamkan setiap tindakan yang merusak alam. Dalam Islam, kerusakan lingkungan juga mengakibatkan kerusakan sosial yang menyebabkan terjadinya perampasan terhadap hak jutaan orang. Saatnya menjaga kelestarian lingkungan. Redaktur: Heri Ruslan

Tuesday, January 1, 2013

ASA YANG TERSISA

by Hensa. Dihamparan sajadah tahajudku, Kau besarkan hatiku. Kau tentramkan gundahku. Kau punahkan resahku. Aku sungguh terlena saat berlama-lama denganMu. Dihamparan sajadah tahajudku Disitu aku termangu memungut satu demi satu rinduku padaMu Disitu aku terpaku terdiam membisu sehingga tak ada kata dan doa di ruang hatiku seakan hilang ditelan asaku yang tersisa Dihamparan sajadah tahajudku, Kau lucuti kelambi batinku Kau telanjangi jiwaku Disitu aku terpaku terbelenggu sejuta pilu terduduk bertekuk lutut memujaMu disitu aku bersujud khusyu berserah jiwa yang tanpa daya dengan seribu malu Dihamparan sajadah tahajudku, Kau lepaskan lelah hatiku Kau tumbuhkan lagi kembang rinduku Kau wujudkan lagi asa hidupku Kau sucikan lagi batin jiwaku Kau kobarkan lagi iman dadaku Kau nyalakan lagi taqwa hatiku izinkan hamba berlama lama terlena di haribaanMU