Thursday, August 1, 2013

NOVEL HENSA : Episode Terakhir Cintaku


Bagian 1
SINOPSIS MASA LALUKU

Aku adalah seorang Dosen di sebuah Perguruan Tinggi yang merupakan sosok yang selama 20 tahun merasa kehilangan Diana Faria, kekasihku yang harus dipanggil oleh Yang Maha Punya hanya seminggu sebelum hari perkawinan kami. Merasa kehilangan selama 20 tahun adalah waktu yang lama. Ternyata ALLAH telah mengirim seorang gadis bernama Daisy Listya, mahasiswiku sendiri untuk menggugah hatiku. Daisy Listya seorang gadis cantik, cerdas, berkepribadian luhur, memiliki prinsip hidup telah membuka dan mencairkan kebekuan hatiku. Daisy Listya ini yang telah menyadarkanku dari mimpi buruk yang panjang. Daisy Listya memang akhirnya bukan menjadi teman hidupku karena seusai Wisuda Sarjana Daisy akhirnya bertunangan dengan pria lain bahkan sampai jenjang pernikahan. Aku tidak mampu berbuat apa-apa, namun bagaimanapun juga bagiku, seorang Daisy Listya adalah gadis yang telah mampu membuka hati menjadi merasa hidup kembali. Ada pepatah mencintai itu tidak harus memiliki. Benarkah cinta itu menjadi sangat tinggi nilainya ketika harus mencintai tapi tidak harus memiliki?. Ditengah-tengah kegalauan hati ini, sahabat lamaku bernama Kinanti Puspitasari selalu hadir untuk menenteramkan hati. Saat ini Kinanti memiliki seorang putri yang sedang beranjak remaja. Wanita ini membesarkan putri semata wayangnya sendirian karena suaminya sudah lama meninggal dunia. Kinanti adalah temanku sewaktu SMA dan diusia yang sudah tidak muda lagi kami kembali bertemu. Bagiku masa-masa SMA bersama Kinanti begitu indah untuk dikenang karena aku waktu itu juga pernah jatuh cinta kepada Kinanti walaupun ternyata Kinanti menganggapku hanya seorang sahabat.
Sepenggal kisah itu seakan masih lengkap terbayang dibenakku. Daisy Listya dan Kinanti Puspitasari adalah dua wanita yang saat ini selalu menggugah kedalaman hatiku. Walau disana di tempat terdalam ada Diana Faria yang tidak mungkin terlupakan namun masih ada ruang lain untuk dua wanita cantik berbudi luhur yakni Daisy Listya dan Kinanti Puspitasari. Aku teringat saat dialog terakhir dengan Listya setahun yang lalu di Laboratorium Ruang HPLC. Saat itu aku harus menyelesaikan suatu keputusan yang pasti tentang isi hatiku kepada Daisy Listya. Aku hanya ingin agar Listya sekedar tahu saja apa sebenarnya yang selama ini aku rasakan. Aku mengatakan kejujuran hatiku.
“Saya ingin mengatakan sesuatu!”, kataku sambil kupegang kedua tangannya. Saat itu Listya hanya menatapku penuh haru seakan akan dia seperti sudah tahu apa yang mau kukatakan.
“Saya ingin mengatakan kepadamu siapa yang telah menggugah hati yang selama ini tertidur dua puluh tahun!”, kataku perlahan. Listya masih terdiam menatapku. Subhan Allah aku begitu dekat menatap wajahnya. Kecantikan wajah berbalut jilbab dari wanita di depanku ini sungguh menakjubkan. Wajah yang teduh membawa kedamaian hati. Allah memang Maha Pencipta.
“Orang yang telah menggugah hati saya itu bukan Kinanti Puspitasari. Dia adalah seorang wanita yang lembut hatinya, ramah dan santun tutur katanya, manis senyumnya. Wajahnya memiliki aura kecantikan yang tulus dan sekarang orangnya ada di depanku ini!”, kataku sambil kutatap tajam Listya.
Aku waktu itu hanya tertegun diam dan terdengar bibir Listya menyebut namaku pelan, pelaaaan sekali. Ada setitik butir air mata jatuh kepipinya. Listya masih memandangku dengan mata yang berkaca-kaca.
“Pak Alan apakah saya sedang bermimpi?”, kata Listya waktu itu.
“Tidak Listya. Dari sejak pertama saya bertemu saya seakan sudah menemukan pengganti Diana Faria. Dulu pertama kali bertemu denganmu saya sudah menjadi pengagummu!”, kataku.
“Pak Alan kenapa bapak baru mengatakannya sekarang? Kenapa pak Alan!”, Listya mulai terisak.
“Saya juga mengagumi pak Alan dari sejak pertama bertemu pada kuliah pertama dulu!”, kata Listya disela-sela isak tangisnya.
“Maafkan saya Listya dengan kejujuran ini. Saya sangat menyadari cinta saya ini tidak mungkin terwujud karena Listya sudah menjadi milik orang lain!”, kataku.
“Pak Alan sesungguhnya cinta itu mulai tumbuh saat saya menjadi mahasiswi bimbingan bapak. Sejak saya tahu kalau bapak ternyata masih sendiri. Saya juga bisa merasakan perhatian bapak begitu besar kepada saya. Waktu itu banyak mimpi yang ingin saya raih banyak harapan yang ingin saya dapat tapi ternyata saya hanya mendapatkan takdir yang sekarang ini harus saya jalani!”, kata Listya berusaha tegar.
Saat itu aku benar-benar tertegun dan membisu. Tak kuasa rasanya aku harus berkata apa. Sungguh tidak pernah aku bayangkan akan seperti ini jadinya.
“Pak Alan kita harus tegar menghadapi kenyataan ini biarlah cinta kita tertulis dalam catatan Malaikat Roqib. Daisy Listya juga harus ikhlas menerima takdirNya menjadi istri Rizal Anugerah!”, suara Listya nampak tabah namun aku melihat mata itu masih penuh dengan butir air mata kepedihan.
“Pak Alan maukah bapak memenuhi satu permintaan saya?”, kata Listya dan aku hanya terdiam sambil kutatap mata yang teduh itu basah dengan air mata.
“Menikahlah dengan Bu Kinanti. Hanya ini pak yang bisa mengobati rasa pedihnya hati saya. Pak Alan harus tahu biarkan cinta saya terwakili oleh Bu Kinan!”, Listya semakin terisak.   
Sepenggal dialog yang terjadi setahun yang lalu. Saat saat mengharukan itu terjadi ketika ruang dari dua hati saling terbuka. Hati Daisy Listya dan hati Alan Erlangga bertaut namun tidak pada waktu yang tepat karena Listya sudah menjadi istri dari Rizal Anugerah. Tiada terasa waktu begitu cepat berlalu dan kini Listya sudah rampung menyelesaikan Pendidikan Profesi Apotekernya. Sejak itu aku sudah tidak pernah lagi bertemu dengan Listya. Hampir tidak ada lagi komunikasi biarpun hanya sms apalagi bertemu muka. Saat ini mungkin Listya sudah menjadi seorang Apoteker. Entah dimana Listya bekerja. Apakah di Malang tempat tinggal bersama suaminya?. Entahlah.
Aku hanya teringat akan pesan terakhirnya agar aku menikahi Kinanti Puspitasari. Namun pesan inipun akhirnya tidak bisa aku wujudkan. Sewaktu aku ceritakan kepada Kinanti, wanita cantik ini hanya tertegun, diam membisu tak ada satu katapun keluar dari bibirnya. Kinanti malah terisak mendengar cerita yang dramatis itu.
”Alan aku bisa merasakan betapa besarnya cinta Listya kepadamu. Curahan hati Listya kepadaku saat itu membuatku terharu!”, suara Kinanti. Aku juga hanya bisa mengangguk ketika Kinanti berkata bahwa Listya layak mendapat kebahagiaan dariku. Jika saat ini kehidupan rumah tangga Listya tidak bahagia itu karena Listya memang hanya mencintaiku. Pendapat Kinanti yang satu ini membuatku benar-benar merasa resah.
”Alan maafkan karena aku tidak bisa menggantikan cinta Listya. Cintanya sangat luhur kepadamu. Bagiku yang terbaik buatmu adalah sahabatmu!”, ini suara Kinanti yang keluar dari relung hatinya terdalam. Sudah sering aku mendengarnya namun kali ini seperti ada hal yang nampak tersembunyi dalam hati Kinanti. Memang dalam setahun terakhir ini aku berhubungan akrab dengan Kinanti bak seorang sahabat lama. Jika ada waktu aku sempatkan berkunjung ke rumah Kinanti di Bandung sekalian juga menjenguk Ibu. Selama di Bandung pun acara rutin kami hanya ngobrol di rumah atau kadang pergi ke tempat kuliner yang dulu sering kami kunjungi. Hubungan dalam setahun ini hanya datar saja. Aku tidak bisa mewujudkan pesan Listya agar aku menikahi Kinanti karena memang Kinanti sendiri merasa tidak bisa mewakili ketulusan cinta Listya.
  ”Alan maafkan karena aku tidak bisa menggantikan cinta Listya. Cintanya sangat luhur kepadamu. Bagiku yang terbaik buatmu adalah sahabatmu!”.
Kata kata Kinanti itu selalu terngiang dalam telingaku. Cinta Listya terlalu luhur untuk diwujudkan dalam pernikahan dengan Kinanti. Sungguh aku seakan membentur lagi sebuah karang dari sikap tegas Kinanti yang hanya ingin sebagai sahabat terbaikku. Lalu sebaiknya bagaimana aku bersikap?. Apalagi Listya bagiku sekarang sudah bukan lagi harapan. Daisy Listya sudah menjadi masa laluku sama halnya dengan Diana Faria. Siapakah masa depanku?. Kinanti Puspitasari?.

(Bersambung)

No comments: