Foto Fiksiana Community
Tantangan
100 Hari Menulis Novel FC
EPISODE CINTA DAISY LISTYA
Oleh
Hendro Santoso (Peserta Nomor 27)
Episode
23
SAATNYA AKU BAHAGIA
”Kadang kadang saat ini aku merasakan cintamu seperti
yang pernah kau katakan dulu padaku. Kadang pula aku ingin meraih cintamu itu
namun aku menyadari aku tidak layak menerima cintamu karena ada cinta yang jauh
lebih luhur untukmu yaitu cinta Daisy Listya!”
Ini
adalah salah satu sms Kinanti Puspitasari tempo hari ketika dia memutuskan
untuk menerima lamaran Eko. Sekarang rencana pernikahan mereka akhirnya kandas
begitu saja karena penghianatan Eko kepada Kinanti. Bagiku sms Kinanti ini jauh lebih berarti dibandingkan dengan
batalnya pernikahan Kinanti dengan Eko.
Aku semakin merasakan bahwa Kinanti adalah harapan terakhirku
karena Daisy Listya sudah menjadi masa
laluku. Inilah realita yang sekarang aku harus hadapi.
Suatu
hari aku harus kembali mengutarakan niatku untuk menjadikan Kinanti sebagai
teman hidupku. Sejak gagalnya pernikahan dengan Eko, aku merasakan Kinanti begitu
dekat denganku. Hampir setiap hari selalu kontak melalui ponsel karena jarak
yang meisahkan kami. Aku bisa memaklumi jika Kinanti saat ini sangat butuh
orang yang dapat menenteramkan hatinya. Andai Kinanti memilih aku sebagai orang
yang menjadikan curahan hatinya kukira wajar saja. Aku sejak dulu memang
sahabatnya. Aku sejak SMA dulu pernah mengemukakan cintaku. Saat ini orang
terdekat bagi Kinanti tentu saja aku. Aku bisa memastikan apa yang sekarang
dilakukan Kinanti bukan sebuah pelarian tapi kepercayaannya kepadaku sebagai
seorang sahabat. Kepercayaan Kinanti harus aku hargai dengan ketulusan cintaku.
Namun aku tetap harus berjuang untuk bisa menggapai cinta wanita cantik ini.
Tidak mudah memang karena yang menjadi acuan Kinanti adalah cinta Daisy Listya.
Sepenggal sms Kinanti tempo hari membuktikan hal itu. Aduuuh memang mumet.
Sabtu
pagi ini aku menerima kabar Kinanti sore nanti minta dijemput di Bandara
Juanda. Kinanti bersedia menemaniku ke Resepsi Pernikahan Audray hari Minggu
besok. Alhamdulillah mudah-mudahan ini pertanda baik. Aku tetap harus berjuang
untuk mendapatkan cintanya. Maka sore itu aku sudah menunggu di Pintu
Kedatangan Bandara Juanda. Aku melihat Kinanti menuju pintu keluar. Kelihatan badannya
agak kurusan mungkin sehabis sakit tempo hari masih belum pulih namun wajahnya
tetap kelihatan cantik, segar dan senyumnya tetap manis menenteramkan.
”Assalaamu
alaikum Bu Kinan, bisa saya bantu!” kataku mulai menggoda sambil mengambil tas
yang dibawanya. Kinanti hanya tersenyum sambil menepuk bahuku. Kami bergegas
menuju tempat parkir lalu meluncur menuju Tol Bandara.
”Alan tadi
dari Kampus langsung ke Juanda?” tanya Kinanti.
”Iya
tadi siang ada kerjaan tunda di Laboratorium setelah itu langsung menjemputmu
di Juanda. Bagaimana kesehatanmu. Kok agak kurusan?” tanyaku.
”Alhamdulillah
sehat. Kurus?. Kamu mengejekku ya. Aku ini masih gembrot!” kata Kinanti pura
pura marah.
”Iya iya
jangan galak dong dibilang kurus malah galak. Kinanti kurus atau gembrot sama
saja Kinanti yang ramah dan...galak!” kataku sambil ketawa.
”Ramah sama
galak tidak bisa dicampur!” kata Kinanti.
”Galak
yang ramah itu artinya menyenangkan. Tidak ada lho yang begitu kecuali Kinanti
Puspitasari yang selalu ku kagumi!” kataku mulai gombalnya keluar.
”Sudah
Alan jangan ngawur!” suara Kinanti pura-pura marah.
”Oh ya
bagaimana kabar Intan?” tanyaku.
”Alhamdulillah
baik. Intan kirim salam untukmu juga Bapak dan Ibu!” kata Kinanti.
”Intan cuma
kirim salam saja tidak titip pesan kepadaku?” tanyaku terus menggoda. Aku lihat
Kinanti tersenyum penuh arti. Aku mengerti mengapa Kinanti tersenyum pasti
memang ada pesan dari Intan anak gadis Si Mata wayangnya.
”Kok
tahu saja kalau ada pesan!” kata Kinanti.
”Iya
dong!. Apa isi pesan Intan” kataku.
”Intan
bilang padaku, Bu sampaikan salam kangenku untuk Ayah Alan!” kata Kinanti
sambil tersenyum melirikku.
”Hah
Intan bilang Ayah Alan. Berarti sudah mendapat restu nih!” kataku.
”Restu
dari siapa?” tanya Kinanti.
”Restu
dari Intan atuh. Oh ananda Intan Ayah juga kangen nih!” kataku dan kali ini Kinanti
tertawa berderai mendengar candaanku. Bercanda tapi serius nih. Sebenarnya aku
sudah tahu kalau Intan memang mendukungku untuk segera menikahi Ibunya.
Tidak
terasa akhirnya kami tiba di jl Sulawesi tempat Paman Kinanti tinggal. Selama
di Surabaya, Kinanti menginap di Rumah Pamannya. Aku sudah sangat familiar
dengan keluarganya. Paman Kinanti ini adalah Paman dari garis Ibunya. Beliau
sudah Pensiun dari pekerjaannya sebagai pegawai di sebuah Perusahaan
Perkebunan. Sambutan ramah aku rasakan ketika kami tiba di sana. Aku tidak lama
segera berpamitan karena hari sudah mulai sore.
Pesta
Pernikahan Audray dilaksanakan di Rumah Om dan Tantenya Kawasan Darmo. Resepsi
dilangsungkan dengan konsep Pesta Kebun dan terasa meriah sekali.
”Terima
kasih Pak Alan dan Bu Kinan sudah hadir di sini!” suara Audray menyambut uluran
tangan kami. Aku dan Kinanti setelah menyampaikan ucapan selamat kepada
mempelai berdua segera saja berbaur dengan tetamu lainnya menikmati hidangan
yang lezat. Aku lihat Audray dan Suaminya berdampingan mesra penuh kebahagiaan.
Tiba-tiba saja aku teringat Daisy Listya. Mataku melihat ke seluruh penjuru
arah angin hanya ingin melihat apakah Listya ada diantara tetamu yang hadir.
Rupanya Kinanti juga mencari Listya.
”Alan!
aku belum melihat Listya hadir di sini!” kata Kinanti.
”Iya
Kinan. Mungkin tadi sudah duluan. Kita yang datang agak siang!” kataku.
”Ya
mungkin juga. Aku belum sempat telpon dia. Nanti malam saja aku telpon Listya!”
kata Kinanti.
Anehnya
aku merasakan hal yang tidak enak. Listya nampaknya tidak hadir pada Resepsi
Audray ini. Ada apa ya? Sewaktu
perjalanan pulang rupanya Kinanti merasa ingin menelpon Listya.
”Assalaamu
alaikum Bu Kinan!” suara Listya terdengar di seberang sana. Kinanti sengaja
posisi Hand Phone nya dalam keadaan
”on” sehingga aku bisa mendengar
pembicaraan mereka.
”Listya
bagaimana kabar?” tanya Kinanti.
”Alhamdulillah
baik Bu. Maaf tidak bisa hadir diacara resepsinya Audray. Mas Rizal masuk Rumah
Sakit Bu!” kata Listya.
”Ya
Tuhan bagaimana kondisinya sekarang?” tanya Kinanti.
”Sudah
ditangani Dokter Bu. Doa nya Bu Kinan ya!” kata Listya.
”Iya
Listya. Saya juga mohon maaf tidak bisa menjenguk karena sore ini sudah kembali
ke Bandung. Salam dari Pak Alan juga nih semoga Mas Rizal segera pulih!” kata
Kinanti.
”Terima
kasih Bu Kinan dan Pak Alan!” suara Listya terharu.
Aku
cukup prihatin mendengar kondisi kesehatan Rizal, suami Listya. Hal ini pasti
ada hubungannya dengan cangkok ginjalnya. Memang tidak mudah upaya cangkok
organ tubuh ini. Banyak risiko yang harus ditempuh. Semoga saja Rizal segera
pulih dan Listya selalu tabah menghadapi cobaan demi cobaan.
”Al
kelihatannya ada komplikasi dan masalah pada hasil cangkok ginjalnya!” kata
Kinanti.
”Iya aku
juga berfikir begitu!” kataku pendek.
”Semoga
Listya tetap tabah menghadapi ujian ini!” kata Kinanti khawatir. Betapa dua
wanita ini saling mencintai karena Allah. Sungguh mulia mereka.
”Ya
semoga Allah memberikan yang terbaik untuk mereka!” kataku.
Hari
Minggu ini seharian bersama Kinanti berjalan begitu cepat. Tiba-tiba saja sudah
sore hari dan aku harus mengantar Kinanti kembali menuju Bandara Juanda. Sambil
menunggu jam keberangkatan kami duduk santai di sebuah Kafe.
”Kinan,
hari rasanya begitu cepat berlalu ya!” kataku agak serius.
”Ya Alan
rasanya waktu begitu singkat tiba-tiba saja aku sudah harus balik ke Bandung
lagi!” kata Kinanti.
”Aku
tidak mengerti setiap bersamamu rasanya waktu begitu cepat berlalu!” kataku
sambil menatap Kinanti. Aku lihat wanita cantik ini tersenyum manis.
”Aku
juga tidak mengerti kenapa waktu begitu cepat berlalu setiap Kinanti
bersamamu!” kata Kinanti masih sambil tersenyum. Aku memegang kedua tangan
Kinanti dan wanita cantik ini menatapku. Aku menyukai mata Kinanti yang tajam
dan indah apalagi sedang menatapku begini.
”Kinan
aku sedang berfikir apakah kau mau memaafkan kesalahan masa laluku yang tidak
pernah kau sukai!” kataku.
”Alan,
aku sudah memaafkanmu sejak dulu kita berpisah saat SMA. Kalau belum kumaafkan
mana mungkin sekarang aku bersamamu!” kata Kinanti pelan.
”Baik
Kinan. Aku merasa lega kini dan aku ingin membuktikan bahwa aku memang sahabat
sejatimu. Inshaa Allah aku selalu ada untukmu!” kataku.
”Terima
kasih Alan!” kata Kinanti dan tangannya memegang tanganku sangat erat sekali
seolah tidak ingin melepaskannya. Aku lihat ada setitik air mata jatuh di
pipinya.
”Kinan
rasanya aku ingin selalu bersamamu. Kadang ada rasa rindu disaat kau jauh di
Bandung sana!” kataku.
”Biarkan
Alan rasa rindu kita ini tetap ada!” kata Kinanti pelan. Aku mulai merasakan
keharuan yang sangat dalam diri Kinanti. Aku sekarang sangat yakin Kinanti
mulai mebuka hatinya untukku tapi aku tidak mau terburu buru. Apa yang terjadi
jika ternyata Kinanti masih tetap menganggapku hanya seorang sahabat saja
seperti selama ini. Tentu saja aku akan kecewa. Akhirnya Kinanti harus segera
bersiap menuju pintu keberangkatan.
”Alan
aku pulang dulu ke Bandung ya jaga dirimu!” kata Kinanti.
”Baik
Kinan. Oh ya jangan lupa sampaikan salam untuk Intan dari Ayah Alan!” kataku.
Kinanti mengangguk sambil tersenyum manis. Senyum yang menurut perasaanku penuh
dengan arti. Aku hanya bisa memandang punggung Kinanti diujung koridor itu.
Wanita cantik itu masih sempat melambaikan tangannya kepadaku.
”Biarkan
Alan rasa rindu kita ini tetap ada!” kata Kinanti. Ini kata-kata yang kembali
terekam dalam hatiku. Ya biarkan rasa rindu kita tetap ada dan terus ada tanpa
batas. Ya Allah andaikan Kinanti adalah takdir terbaikku menurutMu maka
jadikanlah Kinanti teman hidupku dengan penuh keridhoanMu.
Aku
merasakan hari hari ke depan menjadi hari hari yang penuh harapan. Memang
seharusnya jadikanlah setiap hari penuh dengan harapan kebahagiaan. Ujian yang
datang silih berganti semata mata hanya untuk membuat diri ini semakin tangguh
dan berani menghadapi hidup. Ada orang bilang hidup ini hanya menunggu kematian
tapi berani menghadapi hidup tidak sama dengan hidup yang hanya menunggu
kematian. Entahlah. Saat ini aku hanya ingin berkata untuk diri sendiri bahwa
kini saatnya aku bahagia. Semoga.
BERSAMBUNG
Episode 24
No comments:
Post a Comment