Friday, October 3, 2008

CATATAN RAMADHAN (2)

Bulan suci Ramadhan telah pergi meninggalkan kita dengan kesucian dan keagungannya. Meninggalkan bekas yang dalam kepada setiap insan ALLAH yang bertqwa. Maka dengan usainya Ramadhan adalah kembalinya jiwa-jiwa yang fitrah karena ampunanNya. Gema taqbir idul fitri adalah symbol kebesaran ALLAH. Semua isi alam ini memuja kebesaranNya. Pada saat itu api taqwa dalam jiwa menyala, membakar semua sendi-sendi, relung-relung dan setiap jengkal pori-pori dan pembuluh darah semata-mata hanya untuk memuja kebesaran ALLAH. Merdunya gema taqbir idul fitri, indah dan manisnya senyum-senyum jiwa yang fitrah serta halus dan ramahnya uluran tangan maaf adalah symbol kedamaian dan ketentraman yang tercipta pada hari suci itu. Kini semuanya usai sudah berganti seiring dengan hari-hari yang terlipat sementara itu perjalanan kita masih jauh. Sebulan sudah kita tunaikan peribadatan puasa Ramadhan untuk menunaikan perintahNya : “Wahai orang-orang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa seperti diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa” (QS 2:183).
Selama sebulan itu ALLAH member kesempatan kepada hamba-hambaNya untuk meningkatkan ketaqwaannya. Selama sebulan itu berlangsunglah proses pencucian jiwa-jiwa yang kotor penuh daki menjadi jiwa-jiwa yang bersih. Penggojlogan selama puasa itu telah melahirkan figur-figur yang baru yang fitrah yang penuh dengan cahaya taqwa dan iman yang ikhlas yang yakin dan tawakkal. Figur yang senantiasa merasa bertanggung jawab atas tegaknya agama ALLAH. Figur yang optimis bahwa sudah digariskan ALLAH hanyalah Islam harapan masa depan umat manusia.
Kebangkitan Islam adalah satu-satunya jaminan penyelamatan umat manusia dari ancaman perang ideologi dewasa ini. Figur yang menyadari bahwa kemenangan Islam berarti tidak akan adanya kehancuran yang mengerikan dan lenyapnya peradaban dunia tetapi terciptanya negeri yang berbahagia, sebuah dunia yang damai dan sejahtera. Figur yang akan membawa cirri Islam yakni keselarasan yang serasi antara pribadi dan masyarakat, antara akal dan intuisi, antara kerja dan do’a, antara bumi dan sorga, antara dunia fana dan akhirat berpadu demikian indah dan harmonis. Figur-figur inilah yang teramat sangat dirindukan hadir ditengah-tengah kita. Namun kebangkitkan Islam menjadi tidak ada artinya jika kita tidak pernah berusaha untuk membangkitkan nilai-nilai Islam yang ada dalam diri kita.
Esok adalah langkah kita berikutnya. Lusa adalah harapan-harapan. Sementara Ramadhan berikutnya masih merupakan do’a dan do’a. Mampukah kita kembali bersua dengan Ramadhan di depan?. Insya ALLAH.

Bandung 3 Syawal 1429 H.

Tuesday, September 23, 2008

CATATAN RAMADHAN (1)

Coba simak rangkaian kalimat suci di bawah ini :
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Tidak ada sesuatupun melainkan bertasbih dengan memujiNya tetapi kalian tidak akan mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun (QS Isra:44).
Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya karena kebesaran Tuhan sementara para malaikat bertasbih serta memuji Tuhannya dan memohonkan ampunan bagi orang-orang yang ada di bumi (QS Asy-Syura : 5). Guruh itu bertasbih dengan memuji Allah. Demikian pula para malaikat karena merasa takut kepadaNya (QS Ar-Ra’d: 13).

Maha Suci Allah. Subhaanullah. Harus diakui hanya Dia Yang Maha Suci semua mahluk memujiNya. Semua mahluk akan tunduk kepada kehendakNya. Berbagai keindahan dan keajaiban penciptaan dari semua yang tampak pada mahluk-mahluk Allah merupakan tanda-tanda yang menjadi petunjuk atas kebesaran Allah. Coba simak dan perhatikan bagaimana keadaan bumi tempat kita menetap dan berpijak. Pikirkan pula semua yang dijadikan di dalamnya dan di atasnya yaitu gunung-gunung yang tinggi, lautan-lautan yang meluap yang mengelilinginya, sungai-sungai yang mengalir di atasnya, berjenis-jenis tumbuhan dan pepohonan, berjenis-jenis binatang bertebaran di atasnya.
Coba simak rangkaian kalimat berikutnya :Dan suatu tanda kekuasaan Allah yang besar bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-biji-an maka dari padanya mereka makan. Dan kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberpa mata air. Supaya mereka dapat makan dari buahnya dan dari apa yang diusahakan dari tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? (QS Yaa siin 33-35).
Sudah selayaknya kita menjadi mahluk yang harus tahu diri terhadap kodratNya. Allah sangat pantas mendapat pujian dari hambaNya. Hanya rasa syukur kepada Allah yang membuat seorang hamba menjadi utuh dalam kefanaan dan dalam genggaman Keabadian Sang Khaliq.

Pasuruan, 22 Ramadhan 1429 H