Sunday, February 17, 2013

Ma Yize: Ilmuwan Legendaris Muslim dari Cina (1)


http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/ma-yize-_130215174255-369.jpg


REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh Desy Susilawati/ Heri Ruslan

Ketika Dinasti Song berkuasa pada  abad ke-10 M, ternyata peradaban Islam telah turut berjasa dalam mengembangkan sains dan teknologi di Tiongkok. Selama ini, sejarah kerap menyebutkan ilmu pengetahuan dari dunia Islam  berkembang di Cina pada masa kekuasaan Dinati Yuan ((1206-1279).

Ternyata, sains Islam terutama astronomi telah mempengaruhi peradaban Cina  sejak zaman Dinasti Song.

Hal itu sangat beralasan. Apalagi, di masa itu dunia Islam – di Timur Tengah -- sedang mencapai masa keemasannya.   Isa Ziling Ma dalam tulisannya bertajuk ''Islamic Astronomy in China: Spread and Development" menuturkan, astronomi Islam menyebar ke Cina pada era Dinasti Song (960-1127). Sayangnya, papar Isa, bukti resmi yang mencatat peristiwa penyebaran sains Islam di Cina pada zaman itu nyaris tak ada.

''Sejarah secara detail baru mencatat penyebaran astronomi Islam ke Cina pada era Dinasti Yuan,'' ungkap Isa.  Penyebaran astronomi Islam  di Tiongkok  ternyata memang telah berlangsung pada era kekuasaan Dinasti Song.
Fakta itu terkuak setelah seorang ilmuwan Taiwan bernama Pof Luo Xianglin pada tahun 1968 menemukan sebuah buku berjudul ''The Huai Ning  Ma Family Tree”  di Perpustakaan Studi Asia Timur, Columbia University, AS.

Prof Luo  menemukan fakta bahwa astronomi Islam memang telah berkembang di Cina pada masa Dinasti Song. Penyebar astronomi Islam di Cina, menurut Prof Luo, adalah Ma Yize. Buku "The Huai Ning Ma Family Tree" itu menjelaskan silsilah klan Ma Yize. Menurut buku itu,  Ma Yize adalah astronom terkemuka di Cina. Ia terlahir di Rumi pada bulan  Rabiul Awal tahun 308 H.

Ia datang ke Cina pada usia 40 tahun. Pada zaman itu,  penguasa Dinasti Song sangat tertarik pada sains.  Kaisar Taizu (berkuasa 950-976) begitu mengagumi studi astronomi yang telah berkembang sangat pesat di dunia Islam. Sang Kaisar pun berupaya keras untuk mengembangkan  ilmu yang menguak rahasia langit itu.  

Pada tahun 961 M, Kaisar Taizu kemudian menunjuk seorang ilmuwan bernama Ma Yize untuk mengembangkan astronomi di Cina. Ma Yize adalah  astronom dan astrolog Muslim yang sangat termasyhur di zaman itu.  Berdasarkan versi lain,  Ma Yize a merupakan ilmuwan  berdarah Arab. Konon, nenek moyangnya berasal dari  Semenajung Arab  yakni wilayah perbatasan antara Yaman dengan Oman. 

Karier pertamanya di bidang astronomi  dimulai dengan membantu Wang Chuna mengumpulkan beberapa karya astrologi, termasuk Yingtianli -- sebuah kalender. Ia mengembangkan astronomi dan mengamati alam semesta dengan metode Islam. Berbagai temuan Ma Yize dalam astronomi dan astrologi kemudian dikumpulkan Wang Chuna dalam Yingtianli. 

Pembuatan karya besar yang dilakukan dua astronom kenamaan Dinasti Song itu tuntas pada tahun 963 M. Pengaruh astronomi Islam begitu banyak diserap dalam Yingtianli. Penghitungan, seminggu tujuh hari yang dipakai kalender Cina itu menggunakan sistem kalender Islam.  

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/13/02/15/mi9cgx-ma-yize-ilmuwan-legendaris-muslim-dari-cina-1
Redaktur : Heri Ruslan







Thursday, February 14, 2013

Malam Pertama di Kubur (Bagian ke-2)


REPUBLIKA.CO.ID -- Utsman bin Affan ketika mendengar jenazah tersiar, ia menangis sampai pingsan sehingga orang-orang membawanya seperti jenazah ke rumahnya. Mereka bertanya kepadanya dalam satu kesempatan, ''Apa yang terjadi padamu?'' 

Utsman menjawab, ''Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ''Kuburan itu tempat pertama di akhirat.'' Hadits Riwayat Ahmad.

Jika seorang hamba selamat darinya, maka sungguh ia sangat berbahagia. Tapi jika ia disiksa di dalam kubur, kita berlindung kepada Allah SWT, sungguh ia telah merugi di akhir keseluruhannya.

Aidh Al Qarni mengisahkan dalam bukunya Sentuhan Spiritual Aidh Al Qarni, ''Kubur itu dari sebagian taman surga atau lubang dari sebagian lubang neraka. Jika ia baik, maka yang setelahnya merupakan yang terbaik di sisi Tuhan. Tapi jika buruk, maka setelahnya lebih menyengsarakan bagi hamba yang berpaling dari jalan Allah.

Aidh Al Qarni melanjutkan, ''Aku mendatangani kuburan, aku kemudian memanggilnya, ''Di manakah orang yang diagungkan dan orang yang dihinakan? Mereka semua musnah, tiada pemberi kabar. Dan, mereka semua mati dan kabar itu pun mati.

Wahai orang yang bertanya kepadaku tentang orang-orang yang telah berlalu, tidakkah engkau mengambil pelajaran dari sesuatu yang telah berlalu. Anak-anak orang kaya itu pergi dan berlalu, maka keindahan bentuk itu pun dihapuskan.

Aidh Al Qarni mengisahkan, aku datang ke kuburan. Kuburan para pemimpin dan para bawahan. kuburan raja dan rakyat jelata, kuburan orang-orang kaya dan orang-orang miskin. Semua sama di sisi Allah.

Apakah Anda melihat kuburan yang unggul dari kuburan yang lain? Apakah malaikat itu terjun ke dalam kubur yang terbuat dari emas atau perak? Demi Allah, ia telah meninggalkan kerajaan, istana, tentara dan segala sesuatu yang ia miliki. Ia mengenakan sepotong kain, seperti yang kita kenakan. Dan, ia pun dikuburkan di dalam tanah.

''Wahai Anak Adam, ibumu telah melahirkanmu dalam keadaan menangis, sementara orang-orang di sekelilingmu, tertawa penuh  rasa bahagia. Maka, beramallah untuk dirimu agar engkau menjadi orang yang tertawa penuh bahagia ketika orang-orang di sekelilingmu menangis pada hari kematianmu.''

Di antara manusia, masih ada yang beramal untuk hari kematian itu. Mereka selalu siap untuk bertemu dengan Allah SWT. Mereka selalu mengamati detik kematian itu dalam setiap saat.