Foto : Fiksiana Community
Tantangan
100 Hari Menulis Novel FC
EPISODE CINTA DAISY LISTYA
Oleh
Hendro Santoso (Peserta Nomor 27)
Sinopsis
Alan Erlangga adalah sosok yang selama 20 tahun
merasa kehilangan Diana Faria, kekasihnya yang harus dipanggil oleh Yang Maha
Punya hanya seminggu sebelum hari perkawinan mereka. Merasa kehilangan selama
20 tahun adalah waktu yang lama. Ternyata ALLAH telah mengirim seorang gadis
bernama Daisy Listya untuk menggugah hati Alan Erlangga. Daisy Listya adalah seorang
gadis cantik, cerdas, berkepribadian luhur, memiliki prinsip hidup, berhasil
membuka dan mencairkan kebekuan hati seorang Alan Erlangga. Listya ini yang
telah menyadarkannya dari mimpi buruk panjang. Mungkin saja Daisy Listya memang
nantinya bukan menjadi teman hidupnya karena seusai Wisuda Sarjana, Listya
akhirnya bertunangan dengan pria yang mencintainya bahkan sampai menuju jenjang
pernikahan. Menghadapi kenyataan ini Alan Erlangga tidak mampu berbuat apa-apa.
Alan hanya pasrah. Cukup baginya bahwa Daisy Listya adalah gadis yang telah mampu
membuka hatinya menjadi merasa hidup kembali. Ada pepatah bahwa mencintai itu
tidak harus memiliki. Benarkah cinta itu menjadi sangat tinggi nilainya ketika
harus mencintai tapi tidak harus memiliki?. Ditengah-tengah kegalauannya
tiba-tiba hadir sahabat lamanya bernama Kinanti Puspitasari. Seakan hadir untuk
menentramkan hatinya. Saat ini Kinanti memiliki seorang putri yang sedang
beranjak remaja. Wanita ini membesarkan putri semata wayangnya sendirian karena
suaminya sudah lama meninggal dunia. Kinanti adalah teman Alan sewaktu mereka
SMA dan diusia yang sudah tidak muda lagi mereka kembali bertemu. Bagi Alan
masa-masa SMA bersama Kinanti begitu indah untuk dikenang karena Alan waktu itu
pernah juga jatuh cinta kepada Kinanti walaupun ternyata Kinanti hanya
menganggapnya seorang sahabat.
Kepada siapa akhirnya Alan Erlangga melabuhkan
hatinya?. Apakah kepada Daisy Listya seperti harapan cintanya selama ini?.
Apakah kepada Kinanti?. Simak saja cerita episode demi episode dari Episode
Cinta Daisy Listya.
Episode 4
ASA YANG TERSISA
Dihamparan sajadah tahajudku,
Kau besarkan hatiku.
Kau tentramkan gundahku.
Kau punahkan resahku.
Aku sungguh terlena saat berlama-lama
denganMu.
Dihamparan sajadah tahajudku
Disitu aku termangu memungut satu demi satu
rinduku padaMu
Disitu aku terpaku terdiam membisu
sehingga tak ada kata dan doa di ruang
hatiku
seakan hilang ditelan asaku yang tersisa
Dihamparan sajadah tahajudku,
Kau lucuti kelambi batinku
Kau telanjangi jiwaku
Disitu aku terpaku terbelenggu sejuta pilu
terduduk bertekuk lutut memujaMu
disitu aku bersujud khusyu
berserah jiwa yang tanpa daya dengan seribu
malu
Dihamparan sajadah tahajudku,
Kau lepaskan lelah hatiku
Kau tumbuhkan lagi kembang rinduku
Kau wujudkan lagi asa hidupku
Kau sucikan lagi batin jiwaku
Kau kobarkan lagi iman dadaku
Kau nyalakan lagi taqwa hatiku
izinkan hamba berlama lama terlena di
haribaanMU
Minggu pagi
seusai sholat Subuh itu aku benar-benar merasa segar ketika langkahku berayun
meninggalkan Mesjid Al-Akbar, walaupun sehabis sholat tahajud malam itu aku
tidak tidur hingga waktu Subuh tiba. Pagi sudah mulai meremang terang dan
denyut nadi Kota Surabaya pun mulai berdetak teratur. Minggu pagi jalan Tol
menuju Bandara Juanda tidak begitu padat mungkin karena hari masih pagi. Aku sepagi
itu sudah meluncur disana menuju ke Bandara Juanda karena mengejar waktu untuk
Kinanti yang akan kembali ke Bandung. Selama perjalanan menuju Bandara Juanda
tidak habis-habisnya Kinanti membicarakan Daisy Listya.
“Daisy
Listya seorang gadis yang sangat mempesona. Kesan pertama berkenalan dengannya,
aku sudah terkesan alangkah ramah dan lembut sapaannya. Aku yakin hatinya juga
seramah dan selembut itu. Wajar jika seorang Alan Erlangga harus jatuh hati
padanya...,” suara Kinanti memecah kesunyian ketika kami masih meluncur di
jalan Tol menuju Bandara Juanda. Mendengar kata-kata Kinanti, aku hanya bisa
tersenyum kecut. Tersenyum dengan rasa perih karena kini harapan hanya tinggal
harapan.
“Ya
Kinan. Rasanya aku seperti bermimpi bertemu dan berkenalan dengan Listya yang
telah membuka hati agar aku jangan hidup di masa lalu. Hiduplah di masa kini.
Listya adalah gadis yang telah membangunkanku dari tidur yang panjang. Rasanya
tidak percaya dia menikah dengan orang lain. Aku sebenarnya tidak kuasa melihat
Listya bersanding dengan pria lain !”
kataku. Kinanti hanya menepuk punggungku sambil mengatakan agar aku
tabah. Aku hanya bisa berterima kasih atas dukungan Kinanti.
“Kau
harus mengerti apa dibalik kejadian ini pasti ada hikmahnya...!” kembali suara
lembut Kinanti.
“Ya
Kinan kita tidak boleh berhenti berharap kita harus terus menerus memelihara
setiap harapan yang ada dalam hati kita karena kita yakin selalu ada Allah yang
akan mewujudkan setiap harapan hambaNya..!” kataku yakin tapi sebenarnya
kata-kata itu hanya untuk menghibur diri.
“Jika
kita kehilangan satu harapan biarkan kita tumbuhkan seribu lagi harapan jika
seribu harapan juga hilang maka kita tumbuhkan lagi sejuta harapan...tiada
harapan yang boleh padam dari hati kita....!” kata Kinanti.
Aku hanya
termenung. Benarkah aku kehilangan harapan?. Bukankah harapanku masih tetap
ada?. Ya harapan itu adalah Cinta Allah. Sungguh kini aku benar-benar tersenyum
lega dan rasa hati ini menjadi lapang. Allah itu sebaik-baik perencana oleh
karena itu mari kita sikapi setiap ujian Allah dengan hati yang lapang. Aku
akan ingat selalu kata-kata Kinanti yang pernah dia ucapkan.
Tiba di
Bandara Juanda waktu masih menunjukkan pk 8.00 sedangkan check in pk.9.00 berarti masih ada 1 jam berbincang dengan Kinanti.
Kami duduk santai di Ruang tunggu Keberangkatan sambil menikmati segelas es
juice apokat dan makanan kecil.
“Alan
bukankah kau pernah bilang mencintai tidak harus memiliki. Cinta itu menjadi
sangat tinggi nilainya karena kita mencintai dengan tulus semata hanya untuk
kebahagiaan orang yg kita cintai. Kebahagiaan itu ada dalam hati kita sendiri.
Tinggal kita mau atau tidak untuk mengambilnya....!” kata Kinanti
”Ya
Kinan. Sekarang aku hanya butuh waktu saja untuk secepatnya melupakan perasaan
hati ini kepada Listya. Aku harus berani menghadapi kenyataan ini!” kataku
meyakinkan padahal perasaan hati ini masih rapuh dan lelah. Rupanya Listya dalam
perasaan Kinanti masih terkesan lembut,ramah dan akrab.
”Listya
menyapaku seperti sudah lama kenal denganku. Aku sangat terkesan dengan gadis
itu. Ketika kau memperkenalkannya kepadaku, dia malah menatapmu dan aku bisa
merasakan tatapan Listya seperti ingin bertanya, inikah calon istri Alan
Erlangga?” kata Kinanti menceritakan kembali saat kami mengucapkan selamat
kepada Listya pada Resepsi pernikahannya waktu itu.
”Aku
juga bisa merasakan itu. Bahkan aku bisa merasakan bahwa tatapan itu adalah
tatapan Diana Faria. Ah entahlah aku terlalu emosional Kinan !” kataku. Kinanti
terdiam sambil menatapku kemudian dia tersenyum.
”Sudahlah
Alan. Listya adalah gadis yang mungkin ditakdirkan untuk menggugah perasaanmu
agar kau tidak terbelenggu dengan masa lalumu. Jika Allah berkehendak tak ada
satupun kekuatan yang dapat menghalangiNya. TakdirNya adalah yang terbaik untuk
kita...!” kata Kinanti.
Memang
benar takdir Allah pasti yang terbaik karena Allah sebaik-baik Penentu. Aku
hanyalah hambaNya yang dapat memperoleh sesuatu sesuai dengan yang diupayakan
sedangkan tidak ada daya dan upaya selain kekuatan Allah yang Maha Berkuasa
atas segala sesuatu.
”Okey
Alan ini saatnya aku harus segera menuju pesawat. Tabahkan dirimu sobat jangan
lupa Kinanti akan selalu menemanimu dengan doa. Assalaamu alaikum!” kata
Kinanti sambil tersenyum.
”Wa
alaikum salaam. Okey Kinan terima kasih. Insya Allah aku akan tabah. Jangan
lupa kabari aku kalau kau sudah tiba di Bandung...!” kataku sambil menjabat
tangan Kinanti. Aku menatap kepergian
Kinanti yang bergegas menuju pintu dimana para penumpang memasuki pesawat.
Sebelum masuk pintu Kinanti masih sempat melambaikan tangannya.
Kinanti
adalah sahabat karib dimasa remaja dulu namun sampai saat inipun kesetiaannya
terhadap persahabatan tidak pernah berubah. Aku bisa merasakan ketulusan
hatinya. Persahabatan yang tulus akan
kekal sepanjang hayat. Kinanti salah satu dari sahabat-sahabat wanitaku yang
kukagumi karena kepribadiannya yang istimewa. Dua lainnya adalah Erika Amelia
Mawardini dan Aini Mardiyah. Wanita-wanita yang memiliki karakter luhur selalu
menjunjung tinggi harga dirinya yang terhormat. Wanita adalah mahluk Allah yang
diciptakan untuk membuat hati lelaki menjadi tenteram. Listya adalah wanita
yang diciptakanNya untuk menentramkan hatiku. Ya berada disisinya memang
kurasakan ketentraman itu. Aku tidak dapat membayangkan bagaimana jika aku
berada disisi Sang Pencipta Listya yaitu Allah Yang Maha Pencipta. Aku akan
mendapatkan ketentraman yang sempurna. Maha Suci Allah.
Aku
segera saja kembali menuju tempat dimana mobilku diparkir. Tiba-tiba saja sebuah
mobil Honda Jazz berwarna biru berhenti tepat disamping mobilku. Aku mengenal
mobil dan pengemudinya. Audray Lin.
”Hallo
pak Profesor ! pagi-pagi sudah di Bandara mau jemput siapa?” tanya Audray yang
dandanannya aduhay. Gadis cantik beretnis Tionghoa ini selalu berpakaian seksi
seolah ingin memamerkan kemolekan tubuhnya. Berbicara mengenai fisik, Listya
tidak kalah dengan Audray namun Listya mensyukurinya dengan memelihara dan
menjaganya dengan jilbab dan busana yang sopan dan tertutup sesuai ajaran
agamanya. Aku bersyukur saat ini jiwa petualanganku seperti sewaktu zaman SMA
dulu sudah tidak pernah lagi menggodaku. Jika aku ketemu Audray semasa SMA dulu
entah sudah diapakan gadis ini. Astagfirullah.
”Hallo
Di rupanya mau mengantar atau mau menjemput siapa?” kataku.
”Saya
mengantar Tante dan Om mau pergi ke Jakarta...!” kata Audray sambil
memperkenalkan Tante dan Om nya. Aku menjabat tangan mereka. Mereka pun
menyambut perkenalan ini dengan hangat.
”Pak
Prof nanti boleh aku mampir ke rumah ya!” kata Audray. Aku tidak bisa menolak
permintaan Audray apalagi hal itu dikatakan dihadapan Om dan Tantenya rasanya
aneh jika aku menolak. Aku hanya mengangguk.
”Maaf
lho Pak memang keponakan saya ini manjanya minta ampun pasti sering merepotkan
Bapak ya!” suara Tantenya Audray. Mendengar ini aku hanya tersenyum. Aku sangat
terkesan dengan keramahan mereka. Setelah berbincang sebentar akhirnya Audray
bersama Om dan Tantenya berpamitan untuk menuju ruang tunggu keberangkatan.
Akupun segera men starter mobilku dan
kembali meluncur di Tol Bandara menuju arah Waru kemudian memutar ke arah
Menanggal melalui Bundaran Waru. Sampai di rumah aku sudah ditunggu dengan
agenda hari Minggu ini yang sebenarnya cukup padat dengan pekerjaan yang harus
aku selesaikan. Ada 8 proposal skripsi yang numpuk masih juga belum kusentuh
dan satu Thesis untuk S3. Aku memang sengaja pada hari Minggupun selalu
menyibukkan diri hanya sekedar untuk melupakan ingatanku terhadap Daisy Listya.
Hanya sekitar setengah jam kemudian Audray sudah tiba di rumah sesuai janjinya
mau mampir. Kami duduk diteras depan rumah sambil mencicipi makanan ringan dan
segelas orange dingin.
”Pak
kemungkinan aku mau mengambil program Apoteker tahun ini. Aku harus memenuhi
keinginan Tante di sini agar aku bisa mengurus Apoteknya!” kata Audray membuka
pembicaraan.
”Wah
bagus Di. Saya baru tahu Tantemu mempunyai Apotek. Saya dukung rencanamu
mengambil program Apoteker!. Berarti
setelah menjadi Apoteker, Audray tinggal di Surabaya dong lalu nanti bagaimana
cowoknya yang di Malaysia ” kataku.
”Biarlah
aku tinggalkan cowok yang di Malaysia. Aku suka dengan cowok Indonesia yang
seperti Profesor Alan yang ganteng ini” kata Audray sambil tertawa renyah.
Audray adalah gambaran gadis masa kini
yang terbuka dan agresif.
Gadis
Tionghoa ini memang cantik dengan fisik yang sangat menawan bagi lelaki
manapun. Apalagi gadis ini pandai memilih pakaian seolah tahu mana yang harus
dipamerkan dari kemolekan tubuhnya. Sebagai lelaki normal, aku suka dengan
fisik Audray. Namun Aku harus bersyukur karena Alan Erlangga yang sekarang
adalah lelaki yang mempunyai sistem nilai yang berbeda dengan Alan Erlangga
pada zaman SMA dulu. Sejak aku mengenal Daisy Listya aku dapat merasakan
kecantikan seorang gadis bukan dari fisik yang vulgar tapi kecantikan yang
nyata kurasakan namun begitu sulit jika harus diungkapkan dengan
kata-kata.
”Minggu
depan aku akan kembali dulu ke Malaysia. Pendaftaran program Apoteker baru
dibuka pada bulan Mei maka aku akan segera mendaftar. Pak Alan memberi kuliah
pada program Apoteker?” kata Audray.
”Ya Di!. Saya memberi kuliah pada semester
tahun pertama!” jawabku.
Tiba-tiba
HP ku memberi sinyal ada sms masuk. Mungkin sms dari Kinan. Ketika ku buka HP
ku. Oh Tuhan ternyata sms dari Listya. Aku membaca huruf demi huruf, kalimat
demi kalimat sms tersebut :
”Pak Alan...saya senang bisa berkenalan dengan Bu Kinan.
Saya juga sekarang ikut bahagia ternyata akhirnya Bapak mengenalkan juga orang
yang telah menggugah hati Bapak. Bu Kinan orangnya cantik dan ramah, saya yakin
hatinya juga cantik. Bu Kinan calon istri yang ideal untuk Bapak. Sekali lagi
selamat Pak jangan lupa undangan pernikahannya nanti. (Listya)”
Membaca
sms dari Listya aku hanya termenung membisu. Hatiku merasakan kepedihan yang
teramat sangat. Betapa Listya tidak tahu siapa sebenarnya gadis yang menggugah
hidupku. Listya, kamulah orang yang telah membuka ketertutupan hatiku. Aku
hanya menulis dalam sms balasanku dengan kata-kata : ”Terima kasih
Listya”.
Beberapa
saat kemudian Kinanti mengirim sms juga yang mengabarkan bahwa ia kini sudah di
tiba di Jakarta dan sekarang sedang dalam perjalanan menuju ke Bandung dengan
Bus Primajasa. Aku bersyukur Kinanti
sudah tiba dengan selamat walaupun belum sampai kota Bandung. Teringat apa yang
dikatakan Kinanti bahwa “Jika kita kehilangan satu harapan maka biarkan kita
tumbuhkan seribu lagi harapan jika seribu harapan juga hilang maka kita
tumbuhkan lagi sejuta harapan...tiada harapan yang boleh padam dari hati
kita!”. Aku tidak boleh kehilangan harapan?.
Harapanku
adalah mendapatkan cinta Listya. Apakah masih ada harapan?. Bukankah Listya
sekarang sudah resmi menjadi seorang istri dari seorang suami?. Harapan mana
yang harus kudapatkan?. Ya Allah harapanku ternyata hanya Engkau. Tidak ada
cinta yang paling aku dambakan selain dari cinta dariMu. Andai Listya
memberikan cintanya kepadaku maka aku mau cinta Listya adalah cinta yang
berasal dariMu. Jika aku mencintai Listya maka aku mau cintaku padanya adalah
karena aku mencintaiMu. Subhanallah. Maha Suci Allah.
“Hai Pak
profesor kok malah melamun!” suara Audray menyadarkanku dari lamunan sesaat.
“Sorry
Di he he he!” kataku sambil tertawa.
“Pasti
tadi sms yang bikin bapak melamun. Sms dari siapa Pak?” tanya Audray penasaran.
“Rahasia
dong kamu gak boleh tahu...!” kataku bercanda.
“Okey..okey
aku tahu pasti sms dari calon istri ya!” kata Audray masih juga penasaran.
Kembali aku tertawa dan ini telah membuat Audray merasa kesal.
“Benar
Di. Tadi itu sms dari calon istriku !. Namanya Kinanti Puspitasari!” kataku
sekenanya. Maksudku hanya bercanda tapi setelah sadar aku kaget juga.
“Gadis
dari mana pak?. Mahasiswi Farmasi?. Namanya cantik sekali!” pertanyaan beruntun
Audray kembali membuat aku tersenyum.
“Ya
Kinanti Puspitasari adalah bukan mahasiswa Farmasi disini tapi Dosen Farmasi
ITB. Dia dulu adalah teman SMA saya. Kalau Kinanti namanya cantik, tentu dong
orangnya juga cantik!” kataku. Audray terdiam membisu beberapa saat.
“Apakah
aku sudah kehilangan harapan?” kata Audray seolah-olah bertanya kepada diri
sendiri.
“Harapan
apa Di?” tanyaku pura-pura bego.
“Dari
dulu aku pengagum Prof Alan. Bapak juga tahu kan?. Kalau sudah ada Kinanti di
hati Bapak berarti aku kehilangan harapan dong!” kata Audray ceplas ceplos. Aku
hanya diam saja tidak mau menanggapi ucapannya.
“Tapi
Pak dalam hidup ini kita tidak boleh kehilangan harapan. Jika kita tidak punya
harapan lebih baik mati saja. Ayo Audray tetap semangat harapan masih tetap ada
karena kamu masih ingin hidup,” suara Audray memberi semangat untuk dirinya
sendiri.
Mendengar
ini aku tertegun juga terutama kata-kata Audray bahwa kita tidak boleh
kehilangan harapan apalagi tidak punya harapan lebih baik mati saja.
“Dosen?
Apa dulu teman kuliah Bapak?” tanya
Audray. Wah arek iki karepe opo sih.
Aku jelaskan semua tentang Kinanti
kepada Audray. Setelah itu gadis ini mulai mengerti dan yang membuat aku kagum
tidak sedikitpun ada perubahan sikap dari Audray. Gadis ini tetap ceplas ceplos
dan cair seperti air mengalir. Salah satu sifat yang aku sukai adalah orang
yang punya pendirian seperti Audray ini. Bahkan ketika dia pamit masih sempat
dia bercanda bahwa dia siap bersaing dengan Kinanti. Bukan main bisa membuat
aku besar kepala.
Bagaimanapun
aku menilai orang seperti Audray ini dari sisi positifnya adalah luar biasa.
Semangatnya patut ditiru untuk mendapatkan apa yang menjadi cita cita dan harapan. Dulu ketika aku kehilangan Diana Faria aku
benar-benar tidak mempunyai harapan itu artinya selama 20 tahun aku sudah mati.
Daisy Listya yang membangunkanku dari tidur panjang. Ya Listya adalah
harapanku, impianku, cintaku yang hilang. Aku tidak boleh melepaskan harapanku.
Aku harus tetap berharap untuk cintaku. Terus berharap, terus berharap, terus
berharap terhadap Daisy Listya. Satu hal yang paling penting aku tidak akan
pernah berhenti berharap terhadap cinta Allah.
Di
Surabaya pada akhir bulan Maret ini masih juga sering hujan. Padahal menurut
orang tua dulu bulan Maret adalah sudah mulai seret hujan. Rupanya sekarang hal
itu sudah tidak berlaku karena adanya perubahan iklim yang tidak terkendali.
Seperti pada siang hari itu hujan deras mengguyur kota Surabaya. Aku memandang
tetesan air hujan dari jendela kamar
kerjaku di lantai dua. Pelataran parkir di bawah sudah mulai tergenang air
hujan yang tidak tertampung saluran drainase. Di Indonesia ini bukan saja di
Surabaya bahkan di Jakarta jika hujan turun dengan deras maka jalan-jalan
protokol sekalipun akan digenangi air hujan yang tidak bisa ditampung saluran
drainase karena penuh dengan sampah. Jika sudah demikian maka kemacetan lalu
lintas terjadi dimana-mana. Kondisi ini sebenarnya sangat memprihatinkan karena
sebenarnya kita banyak memiliki pakar-pakar sipil yang handal untuk jalan raya.
Terdengar ketukan pelan di pintu dan suara assalaamu alaikum. Aku membukakan
pintu.
“Assalaamu
alaikum pak Profesor !” suara lembut dari seseorang yang setiap saat ini selalu
kurindukan. Ya Listya sekarang berdiri didepanku. Dia bertambah cantik tapi
kelihatan lebih pucat seperti kurang tidur. Aku benar-benar terkejut tak
percaya kalau yang ada didepanku ini adalah Listya.
“Listya?”
“Ya Pak
Alan!” katanya sambil tersenyum. Oh senyum ini adalah senyum khas Listya yang
artistik sangat mendamaikan hati.
“Rasanya
seperti mimpi...tunggu aku mau mencubit tanganku dulu terasa enggak oh ternyata
terasa berarti bukan mimpi !” kataku tertawa.
“Ah
Bapak bisa saja!” kata Listya tertawa kecil. Aku mempersilahkan Listya duduk di
sofa.
“Mas
Rizal kok tidak ikut sekalian! Mungkin sibuk dengan pekerjaannya ya!” kataku
membuka pembicaraan.
“Ya Pak,
dia sekarang ada diluar kota jadi tidak bisa mengantarku. Oh ya sebenarnya saya
ingin mencari informasi untuk pendaftaran program Apoteker sudah dibuka belum
Pak?” tanya Listya.
“Listya
mau ikut program Apoteker? Bulan Mei baru dibuka untuk pendaftaran persyaratan
adminitrasinya bisa ditanyakan kepada bagian akademik tanya sama Bu Yuli pasti
Listya kenal yang selama ini ngurusi soal administrasi akademik..!” kataku.
“Ya Pak
rencananya saya mau ikut program Apoteker. Mas Rizal juga sudah setuju. Okey
kalau begitu saya mau menemui Bu Yuli. Bagaimana kabarnya Bu Kinanti Pak?”
tanya Listya. Pertanyaan ini bagaikan petir penyambar perasaan ha ha ha. Aku
tidak tahu harus menjelaskan bagaimana.
“Oh ya
Bu Kinan. Listya belum kenal betul siapa dia. Bu Kinan adalah teman SMA dulu. Sekarang
dia tenaga pengajar di Farmasi ITB.
Waktu itu dia ada di Surabaya untuk mengikuti Workshop tentang tanaman
obat. Kebetulan bersamaan dengan Undangan Pernikahan Listya maka sekalian saja
saya ajak ke Resepsi itu!” aku menjelaskan kepada Listya.
“Saya
baru kenal satu menit saja rasanya seperti sudah akrab bertahun-tahun seperti
pernah mengenal orang secantik Bu Kinan. Sungguh saya sangat bahagia akhirnya
Bapak mau mengenalkan Bu Kinan kepada saya. Kalau Bu Kinan ke Surabaya singgah
ke Malang jangan lupa ya Pak salam dari saya kalau bapak kontak Bu Kinan !” kata Listya.
“Ya
Listya terima kasih nanti salamnya akan saya sampaikan!” kataku.
“Oh ya
Pak Alan saya nanti selama mengikuti program Apoteker mohon bimbingan Bapak dan
mau merepotkan Bapak lagi he he he!” kata Listya.
“Insya
Allah Lis. Untuk mahasiswi secerdas Daisy Listya pasti Si Profesor dengan
senang hati mau membimbing dan direpotkan he he he!” kataku. Kami sama-sama
tertawa. Di luar hujan sudah mulai reda.
“Terima
kasih pak sudah memberi waktu untuk saya!” kata Listya.
“Ya
sama-sama Bu Rizal!” kataku sengaja memanggil Listya dengan Bu Rizal.
“Jangan
panggil Bu Rizal dong Pak!” kata Listya cemberut. Aku tersenyum melihat Listya
cemberut.
“Okey
Listya jangan marah gitu dong nanti malah tambah cantik!” kataku bercanda tapi
serius. Wanita cantik walaupun lagi marah
memang tetap saja cantik. Akhirnya istri Rizal Anugerah ini berpamitan.
Aku mengantarnya sampai di pintu.
Entah
kenapa hari ini ada rasa bahagia menyelinap direlung hatiku. Apakah karena
Listya mau melanjutkan ke program Apoteker sehingga aku bisa setiap hari
bertemu dengannya. Entahlah. Aku juga melihat Listya sangat bahagia dan
bersemangat untuk mengikuti program Apoteker. Lepas dari semua
pertanyaan-pertanyaan aneh itu, aku harus berani menghadapi kenyataan bahwa
Listya sekarang adalah istri Rizal Anugerah. Tapi apakah masih ada kenyataan
yang lain?. Ada. Aku tidak boleh melepaskan harapanku. Aku harus tetap berharap
untuk cintaku. Terus berharap, terus berharap, terus berharap kepada Daisy
Listya. Walaupun itu adalah mungkin asa yang tersisa.
BERSAMBUNG EPISODE 5
No comments:
Post a Comment