Saturday, March 26, 2016

EPISODE CINTA DAISY LISTYA (5)



Tantangan 100 Hari Menulis Novel FC
EPISODE CINTA DAISY LISTYA
Oleh Hendro Santoso (Peserta Nomor 27)
Sinopsis
Alan Erlangga adalah sosok yang selama 20 tahun merasa kehilangan Diana Faria, kekasihnya yang harus dipanggil oleh Yang Maha Punya hanya seminggu sebelum hari perkawinan mereka. Merasa kehilangan selama 20 tahun adalah waktu yang lama. Ternyata ALLAH telah mengirim seorang gadis bernama Daisy Listya untuk menggugah hati Alan Erlangga. Daisy Listya adalah seorang gadis cantik, cerdas, berkepribadian luhur, memiliki prinsip hidup, berhasil membuka dan mencairkan kebekuan hati seorang Alan Erlangga. Listya ini yang telah menyadarkannya dari mimpi buruk panjang. Mungkin saja Daisy Listya memang nantinya bukan menjadi teman hidupnya karena seusai Wisuda Sarjana, Listya akhirnya bertunangan dengan pria yang mencintainya bahkan sampai menuju jenjang pernikahan. Menghadapi kenyataan ini Alan Erlangga tidak mampu berbuat apa-apa. Alan hanya pasrah. Cukup baginya bahwa Daisy Listya adalah gadis yang telah mampu membuka hatinya menjadi merasa hidup kembali. Ada pepatah bahwa mencintai itu tidak harus memiliki. Benarkah cinta itu menjadi sangat tinggi nilainya ketika harus mencintai tapi tidak harus memiliki?. Ditengah-tengah kegalauannya tiba-tiba hadir sahabat lamanya bernama Kinanti Puspitasari. Seakan hadir untuk menentramkan hatinya. Saat ini Kinanti memiliki seorang putri yang sedang beranjak remaja. Wanita ini membesarkan putri semata wayangnya sendirian karena suaminya sudah lama meninggal dunia. Kinanti adalah teman Alan sewaktu mereka SMA dan diusia yang sudah tidak muda lagi mereka kembali bertemu. Bagi Alan masa-masa SMA bersama Kinanti begitu indah untuk dikenang karena Alan waktu itu pernah juga jatuh cinta kepada Kinanti walaupun ternyata Kinanti hanya menganggapnya seorang sahabat.
Kepada siapa akhirnya Alan Erlangga melabuhkan hatinya?. Apakah kepada Daisy Listya seperti harapan cintanya selama ini?. Apakah kepada Kinanti?. Simak saja cerita episode demi episode dari Episode Cinta Daisy Listya.





Episode 5
CERITA DI BERANDA RUMAH KINANTI

Menghadiri Rapat Kerja di Jakarta pada hari Kamis dan Jumat adalah hal yang sangat menguntungkan karena Sabtu dan Minggunya aku bisa sowan menjenguk Ibu di Bandung sekalian kangen pulang kampung. Ada satu hal lagi yaitu aku ingin bertemu Kinanti. Aku sengaja tidak memberi kabar kepada Kinanti kalau Sabtu akhir bulan April ini akan ke Bandung sekedar membuat kejutan kecil. Benar saja, Kinanti terkesima  ketika tiba-tiba saja aku sudah berdiri di depan pintu beranda rumahnya.
“Hai Alan wah kejutan.  Kamu kok tidak memberi khabar terlebih dulu!”  kata Kinanti terlihat senang sambil memandangku tak berkedip. Mata yang indah itu seolah berbicara rasa bahagia. Ya Kinanti memiliki mata yang indah.
Memang sewaktu SMA dulu aku sangat mengagumi kecantikan Kinanti dan kepribadiannya yang lembut. Padahal dulu sewaktu SMA aku mencoba mendekati Kinanti bukan untuk main-main seperti terhadap gadis-gadis lainnya. Kinanti adalah gadis yang istimewa bagiku. Cap playboy Alan Erlangga saat itu yang telah merusak pendekatanku kepada Kinanti. Aku benar-benar ditolak oleh  Kinanti.
“Alan lebih baik kita bersahabat seperti selama ini!” kata Kinanti saat itu. Aku pikir benar apa katanya lebih baik bersahabat. Hubungan yang tulus tanpa pamrih adalah persahabatan. Hubungan yang tidak pernah berujung pada kebencian adalah persahabatan. Cinta dan benci perbedaannya hanya tipis sekali dalam hubungan kekasih seperti sebuah kata bijak  "Cintailah apa yg kau cintai sewajarnya,mungkin suatu hari ia akan menjadi sesuatu yang kau benci. Bencilah apa yang kau benci sewajarnya,mungkin suatu hari ia akan menjadi sesuatu yang kau cintai"
Kejadian penolakkan cintaku oleh Kinanti yang telah membuka mata hatiku. Aku tidak sakit hati padanya. Justru Kinanti yang telah menyadarkanku dari petualangan cinta yang tidak sesuai ajaran agama. Kinanti selalu mengingatkanku bahwa cinta itu sangat luhur dan terhormat jangan dikotori dengan nafsu.
“Ayo masuk Alan. Sorry rumah masih berantakan. Oh ya Bapak dan Ibu kemarin ke Jakarta dan anak putriku masih belum pulang sekolah. Kalau hari Sabtu kegiatanku ya jadi PRT (Pembantu Rumah Tangga) he he he kebetulan jadwal Fakultas kosong.  Ngomong-ngomong ada acara apa nih ke Bandung?” tanya Kinanti.
“Aku ada Raker di Jakarta Kamis dan Jumat kemarin ya sekalian saja ke Bandung sekalian bernostalgia! He he he!” kataku menjelaskan. Kinanti pun tertawa.
“Bagaimana khabar tentang Listya?” tanya Kinanti.
“Oh ya bulan yang lalu dia ke Kampus untuk mengurus rencana program spesialisasi Apoteker dan waktu itu juga bertemu denganku. Listya menyampaikan salam untuk Bu Kinan. Katanya Bu Kinan sangat cantik berbahagialah Pak Alan dapat teman hidup Bu Kinan...!” kataku. Kulihat Kinanti tertawa renyah. Sesungguhnya aku merasakan kesedihan ketika Listya mengatakan bahwa Kinanti adalah seseorang yang selama ini telah menggugah hatiku. 
“Alan menurutku Listya itu mencintaimu seperti halnya kamu mencintainya. Aku bisa merasakan bagaimana perasaan hati seorang wanita. Aku masih ingat waktu itu bagaimana tatapannya ketika kau memperkenalkanku padanya. Sebenarnya Listya sangat mengharapkanmu...!” kata Kinanti.
Aku termenung mencerna kata-kata Kinanti. Memang aku juga bisa merasakan cinta Listya. Semakin lama semakin kuat justru malah setelah dan menjelang dia menikah. Berarti apa yang dikatakan Amel itu benar bahwa Listya menikah dengan Rizal bukan karena cinta tapi karena hutang budi orang tua Listya kepada keluarga Rizal. Untuk memastikan hal ini aku harus bertanya kepada Listya. Nanti dulu jika itu harus dilakukan maka dibutuhkan keberanian ekstra. Apakah aku cukup berani bertanya tentang hal yang sangat sensitif itu kepada Listya. Entahlah aku belum mau mencobanya. Namun tentang hal ini sementara tidak boleh diketahui dulu oleh Kinanti biar aku saja yang tahu.
“Hei kok malah melamun?” suara Kinanti menyadarkanku dari lamunan sesaat. Maka aku dan Kinanti tertawa ketika aku terkaget karena teguran Kinanti.
“Kinan sementara kita tidak bahas dulu soal Listya. Bagiku dia sudah bahagia dengan suaminya.!” kataku.
“Ya yang penting kamu juga tidak boleh kembali menutup diri. Buka hatimu untuk menerima cinta seseorang. Diana Faria sudah ada di masa lalu mungkin juga Daisy Listya. Apakah Listya kamu masukkan kategori masa lalu?” tanya Kinanti. Aku tidak menjawab pertanyaan Kinanti tapi Listya belum menjadi masa laluku.
“Kinan sebenarnya aku ingin jujur kalau aku masih berharap kepada Listya. Aku tidak tahu mengapa  begitu. Cintaku semakin bersemi. Harapan itu semakin tumbuh ketika Listya mau melanjutkan ke program Apoteker. Tentu aku akan sering bertemu dengannya. Aku sangat bahagia ketika dia menginginkan aku kembali membimbingnya. Sungguh Kinan aku tidak tahu mengapa perasaanku seperti itu..!” kataku.
Sungguh aku membayangkan setiap hari selalu bertemu Listya karena Listya kembali menjadi mahasiswi bimbinganku. Berbincang berdiskusi bercanda seperti dulu lagi ah alangkah bahagianya walaupun realitanya Listya sudah menjadi milik Rizal suaminya.

Mendengar perkataanku tadi kulihat Kinanti terdiam membisu. Aku melihat wajahnya muram tapi hanya beberapa saat lalu Kinanti terlihat kembali ceria. Pada usia  yang ke 45 ini Kinanti masih tetap cantik walaupun kini sudah memiliki putri yang berusia remaja. Memiliki wajah khas Sunda dengan kulit kuning langsat. Matanya yang indah dan senyumnya yang ramah menambah karakter kecantikannya semakin sempurna. Wanita diciptakan Allah untuk cantik dan kecantikan yang sejati adalah kecantikan yang bisa dirasakan dengan hati. Wanita tidak boleh menyalahi kodratnya untuk cantik. Nah pagi ini Kinanti benar-benar alami dengan pakaian rumah seadanya tapi tetap sopan, wajah ovalnya tanpa make up terbalut jilbab. Aku teringat saat Kinanti remaja SMA dulu. Gadis ceria yang cerdas, cantik, ramah penuh dengan pesona. Rasanya tidak percaya dalam situasi seperti ini aku kembali bertemu dengannya.
“Aku kan pernah bilang jika kita kehilangan satu harapan maka biarkan kita tumbuhkan seribu lagi harapan jika seribu harapan juga hilang maka kita tumbuhkan lagi sejuta harapan...tiada harapan yang boleh padam dari hati kita!” kata Kinanti.
“Ya Kinan aku tidak pernah lupa kata-katamu. Manusia harus terus memiliki harapan..!” kataku.
“Namun tetap kita harus berpijak pada realita. Kita tetap jalani hidup ini apa adanya. Rasa ikhlas dalam hati untuk selalu menerima takdirNya adalah kesempurnaan manusia sebagai hambaNya,” kembali Kinanti berfilosofi.  Mendengar ini aku kembali termenung teringat masa-masa SMA dulu. Hanya Kinanti yang selalu memberi pencerahan seperti ini.
“Ya Kinan aku sangat bersyukur memiliki sahabat sepertimu. Sejak dulu kau adalah satu-satunya teman wanitaku yang selalu mengingatkanku. Aku juga akan selalu teringat bahwa Kinanti adalah satu-satunya gadis yang berani menolak cinta seorang playboy urakan seperti Alan Erlangga ini. Satu-satunya gadis yang telah menyadarkanku dari petualangan yang menyesatkan!” kataku sungguh-sungguh.
“Ah Alan sudahlah. Masa lalu masa SMA dulu sudah ada dibelakang sana. Aku hanya seorang sahabat yang mencoba mengingatkan kekeliruan jalan yang kau tempuh. Aku bersyukur ternyata Alan Erlangga mau mendengar dan mengikuti apa yang ku katakan.” kata Kinanti.
“Terima kasih Kinan. Kejadian waktu itu telah membuat mataku terbuka. Wanita adalah mahluk Allah yang harus dicintai bukan disakiti. Ketika aku mencintai Diana Faria sepenuh hati ternyata Allah mengambilnya mungkin untuk memberi pelajaran padaku. Wah wah wah kok jadi serius begini?” kataku mencairkan suasana.  Kulihat Kinanti tersenyum.
“Alan sampai aku lupa menawarkan minum. Mau minum apa?” kata Kinanti  menawarkan.
“Apa saja Bu Kinanti, yang penting tidak pakai gula!” kataku.
“Alan sedang diet ya?” tanya Kinanti.
“Tidak juga hanya mengurangi konsumsi gula saja. Kata dokter pada usia kita ini harus mengurangi konsumsi gula..!” kataku.
“Oh kalau begitu aku juga harus mengurangi konsumsi gula!” kata Kinanti.
“Kalau Kinanti memang tidak perlu gula sama sekali. Tidak apa-apa, tanpa gula masih tetap manis !” kataku bercanda.
“Nah mulai kelihatan lagi sisa-sisa SMA dulu!” kata Kinanti sambil pura pura cemberut. Mendengar yang dikatakan Kinanti aku tertawa tergelak.
Kinanti berpamitan untuk menyiapkan minuman untukku. Beberapa saat kemudian secangkir teh panas dan makanan kecil sudah tersedia di depanku.
Dulu sewaktu SMA sebenarnya aku mengutarakan cintaku pada Kinanti benar-benar keluar dari lubuk hati ini. Aku juga memaklumi saat Kinanti menolak dengan halus karena memang reputasiku yang membuat Kinanti tidak percaya padaku.
 “Alan kau melamun lagi. Sudahlah masa-masa SMA sudah lewat jauh dibelakang. Dulu aku hanya tidak menyukai perbuatanmu bukan tidak menyukai dirimu. Kau tetap sahabatku. Dulu juga hal ini aku sudah pernah mengatakan padamu!” kata Kinanti.
“Ya Kinan dari dulu aku sudah menyadarinya dan aku sangat berterima kasih padamu. Aku tidak tahu apa jadinya aku sekarang andai saja waktu itu kau tidak menyadarkanku dari ketersesatanku!” kataku.
“Al sudah jangan berlebih-lebihan. Kita cerita yang lain saja. Oh ya kau belum kenal putri Si Mata Wayangku ya. Namanya Intan Permatasari. Dia sekarang masih di sekolah baru siang nanti pulangnya..” kata Kinanti sambil mengambil foto di atas meja kecil yang penuh dengan hiasan. Aku menerima foto itu. Intan Permatasari cantik seperti ibunya. Benar-benar Intan penuh pesona. Gadis yang sedang tumbuh beranjak dewasa.
“Intan Permatasari nama yang sesuai dengan orangnya. Cantik seperti ibunya dan aku yakin Intan juga cerdas...!” kataku memuji tulus. Kinanti tertawa kecil senang mendengar pujian untuk anak putrinya.
“Anak putriku ini sangat protektif sekali. Aku selalu dilindungi secara berlebihan. Setiap ada laki-laki yang datang ke rumahku, Intan selalu bertanya apakah laki-laki itu pacar Ibu. Memang ada teman-teman dosen yang masih jomblo yang mencoba mendekatiku. Paling tidak sudah tiga orang dan aku selalu meminta pendapat putriku. Ternyata Intan tidak merestui....!” kata Kinanti.
“Lalu kau sendiri bagaimana? Apakah ada yang sudah menawan hatimu?” tanyaku serius. He he he aku tidak tahu kok ada rasa cemburu dari nada pertanyaanku itu.
“Entahlah Al. Bagiku semuanya aku serahkan kepada Intan. Kebahagiaanku adalah kebahagiaan Intan. Saat ini aku hanya mengharapkan kedamaian dan  ketenteraman hati. Kadang-kadang saat aku sendiri dan teringat mendiang suamiku saat itu aku merasa sendiri. Lho Alan sekarang malah aku yang jadi sensitif begini he he he sorry!” kata Kinanti mencoba tersenyum tapi aku melihat ada setitik air mata di sudut matanya.
“Tidak apa-apa Kinan. Kita adalah orang-orang yang sedang diuji olehNya sebagai hamba yang harus merasakan kehilangan orang yang dicintainya..!” kataku.
Mengobrol di Rumah Kinanti memang mengasyikkan sampai tidak terasa hari semakin siang. Ketika terdengar suara deru sepeda motor berhenti dan aku melihat seorang gadis memarkir sepeda motor di teras depan rumah itu. Aku mencoba menebak inilah Intan Permatasari. Gadis yang cantik tinggi semampai ibarat bunga sedang tumbuh ranum yang akan menjadi rebutan kumbang disekitarnya.
“Nah ini Intan !” kata Kinanti mengenalkannya padaku.
“Oh ini Intan wah  ternyata lebih cantik orangnya daripada fotonya!” kataku bercanda. Intan tersenyum manis sambil menjabat tanganku.
“Ternyata Om Alan juga ganteng lho seperti dibilang Ibu!” kata Intan polos.
“Hah Ibumu bilang begitu?” kataku pura-pura kaget.
“Iya Om Ibu sering cerita punya sahabat baik namanya Om Alan. Orangnya baik dan ganteng nanti suatu hari aku akan dikenalkan Ibu!” kata Intan. Maka kamipun tertawa sehingga ruang tamu itu penuh dengan canda ria. Perkenalan yang sangat mengesankan. Intan berpamitan meninggalkan kami berdua di ruang tamu.
“Alan! Anakku naksir kamu lho ha ha ha ! Kamu itu masih digandrungi anak-anak ABG mangkanya aku yakin Listya itu cinta sama kamu ” kata Kinanti sambil tertawa.
“Kinan ngawur ae sampean iki ” kataku pakai bahasa Suroboyoan yang artinya ngawur saja kamu ini. Kinanti malah tertawa. Listya, nama itu terdengar lagi dalam perbincangan ini. Kinanti begitu yakin kalau Listya mencintaiku. Apakah ini harapan?  Aku tidak akan menyimpannya di tempat yang tinggi agar nanti jika jatuh tidak bertambah sakit. Namun aku harus mengakui bahwa Listya akan selalu di hatiku.
“Alan aku mau ngomong jujur ya. Kamu itu masih kelihatan seperti pemuda dua puluhan. Bagaimana tadi aku melihat Intan begitu terpesona memandangmu he he he!” kembali suara tawa Kinanti.
“Sudahlah Kinan. Kamu jangan mengolok-olokku seperti itu..!” kataku.
“Okey Boss. Tapi aku mau tanya di Kampusmu pasti bukan Listya saja yang naksir kamu!” tanya Kinanti.
“Mana aku tahu yang kutahu aku yang cinta sama Listya he he he!” kataku.
Sebenarnya pertanyaan Kinanti itu mengingatkanku kepada Audray yang sangat agresif minta ampun. Menghadapi gadis Tionghoa ini aku benar-benar harus kuat mental dan iman jangan sampai sifat bejadku sewaktu SMA dulu muncul ke permukaan. Bahaya. Hanya Allah yang dapat melindungiku.
Rumah Kinanti di Arcamanik itu bukan rumah yang asing namun bagiku Sabtu itu  pertemuanku dengan Kinanti di beranda rumahnya  meninggalkan kesan yang sangat indah. Walaupun hanya sebentar berbincang tapi telah membuka lagi lembar-lembar cerita lama bersama Kinanti. Bagaimanapun juga Kinanti adalah bagian dari masa laluku selain Diana Faria. Bagaimana dengan Daisy Listya?. Dia belum merupakan bagian masa laluku dan aku berharap semoga saja Listya menjadi bagian dari masa depanku.
Aku meninggalkan Bandung kembali ke Surabaya pada hari Minggu pagi dengan KA Argowillis dan tiba di Surabaya Gubeng Minggu malam sekitar pk 20.30. Perjalanan yang sangat melelahkan namun sangat mengesankan. Malam itu juga aku kirim sms untuk Kinanti mengabarkan kalau aku sudah tiba dirumah. Kinanti membalas sms ku :”Okey Alan selamat istirahat...salam dari Intan!”. Aku hanya tersenyum membaca sms pendek Kinanti. Terutama kata-kata salam dari Intan mengandung makna yang dalam karena Intan adalah restunya Kinanti. Intan Permatasari yang cantik seperti ibunya.
Senin pagi itu kegiatan rutinku menuju Kampus Dharmawangsa Dalam kembali harus kujalani. Teringat Kinanti, ada rasa kangen karena di Bandung waktu itu bertemu hanya sebentar. Dalam perjalanan menuju Kampus itu sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Gya mengalun merdu dari sebuah Radio FM di mobil yang kukendarai. Mendengar syair lagu ini aku teringat  masa SMA dulu ketika Kinanti selalu ingin menjadikanku hanya seorang sahabat.  Inilah lagu Gya :
Sekian lama bersamamu
Kau selalu menyenangkan
Kuberikan perhatian
Dalam setiap kesempatan
Kurasakan ada sesuatu
Yang kubaca dari setiap tatap matamu


Jangan kau pernah menduga
Aku mengharapkan kau jadi milikku
Itu tak mungkin terjadi
Sungguh aku tak menginginkan
Yang kuinginkan kau jadi sahabatku
Semoga kau mengerti

Perhatian yang kau beri
Tak kan pernah kulupakan
Tapi jangan kau artikan
Kuinginkan sesuatu yang lebih
Kurasakan ada sesuatu
Yang kubaca dari setiap tatapan matamu

Jangan engkau pernah menduga
Aku mengharapkan kau jadi milikku
Itu tak mungkin terjadi
Sungguh aku tak menginginkan
Yang kuinginkan kau jadi sahabatku
Semoga kau mengerti

Menduga....
Itu tak mungkin terjadi..
Sungguh aku tak menginginkan
Yang kuinginkan engkau jadi sahabatku
Semoga kau mengerti
BERSAMBUNG Episode 6

No comments: