Foto : Hensa (Koleksi Pribadi)
EPISODE 1 . Pagi itu Ruang Kelas
12 IPA2 masih Nampak kosong hanya ada beberapa anak yang kebetulan piket untuk
membersihkan kelas. Satrio Bayu sebagai ketua kelas harus datang pagi setiap
hari karena memang bertugas mengawasi dan bertanggung jawab terhadap kebersihan
kelasnya. Satrio Bayu, biasa dipanggil Bayu adalah seorang pemuda yang mulai
beranjak dewasa namun sangat pemalu apalagi jika berhadapan terhadap wanita.
Sikap pemalu ini mungkin karena Bayu hanya berasal dari keluarga sederhana.
Ayahnya hanya seorang pegawai di kelurahan sedangkan ibunya bekerja sebagai guru di salah satu
Sekolah Dasar. Kendati demikian ternyata prestasi belajar Bayu sangat luar
biasa. Setiap tahun kenaikan kelas, Bayu selalu mendapatkan prestasi rangking
satu. Itulah sebabnya Bayu selalu terpilih sebagai Ketua Kelas. Sewaktu di
kelas 11, Bayu bahkan terpilih sebagai Ketua Osis. Bayu adalah sosok ideal,
pandai, ganteng, aktif dalam organisasi. Tidak heran jika semua teman-temannya
sangat menyukai Bayu baik itu teman pria apalagi teman wanita. Diantara teman teman
wanita yang suka sama Bayu hanya ada satu yang Bayu suka kepadanya. Gadis itu
bernama Intan Permatasari.
Intan, demikian panggilan
akrab teman-temannya adalah gadis manis tinggi semampai, berambut panjang
terurai bak model iklan salah satu produk shampoo di Televisi. Latar belakang
keluarganya dari kalangan atas. Ayahnya adalah Pejabat Kepolisian di kotanya
sedangkan ibunya adalah Dosen di salah satu Perguruan Tinggi swasta. Walaupun
demikian, Intan selalu bersikap ramah kepada siapa saja. Tutur bicaranya santun
apalagi jika berbicara selalu diiringi senyum. Intan memang gadis yang sangat
berkarakter pada usianya yang sangat belia ini.
Pada jam istirahat
ini biasanya Intan bersama gangnya ngepos di Kantin Sekolah.
“Intan kamu masa gak
ngerti sih kalau Bayu itu naksir kamu?”, suara centil dari Maya salah satu
anggota gangnya Intan. Intan hanya bereaksi dengan senyum. Sikap Intan ini
malah membuat Maya semakin penasaran.
Selama ini memang Intan pandai menyembunyikan perasaannya tentang Bayu. Inilah
yang membuat Maya,Linda dan Rere semakin penasaran.
“Intan kalau kamu
enggak naksir Bayu ya udah biar aku aja yang pedekate!”, kata Maya. Mendengar
kata-kata Maya ini kembali Intan hanya tersenyum dan angkat bahu.
“Maya memangnya Bayu
naksir kamu?”,kata Linda sambil tertawa. Maya hanya cemberut mendengar gurauan
Linda.
“Kalau Bayu naksir
kamu wah dunia ini kiamat!”, sekarang Rere ikut memberi komentar. Mendengar
gurau dan canda teman-temannya ini, Intan hanya tertawa kecil. Kantin Sekolah
di jam istirahat ini memang ramai dengan tawa dan canda mereka. Ketika bel
berbunyi, maka mereka kembali memasuki kelas untuk mengikuti jam pelajaran
berikutnya.
Kota Bandung siang
itu begitu terik disengat Matahari. Bayu baru saja keluar dari pelataran parkir
sepeda motor. Ketika sedang menyalakan sepeda motornya, Bayu berpapasan dengan
Intan yang saat itu sedang berjalan menuju mobil jemputannya.
“Hai Bayu!”, sapa
Intan. Pemuda itu membalasnya dengan sapaan : “Hai Intan!”.
“Oh ya Bayu nanti
malam bagaimana kalau kita belajar bersama mengerjakan PR Kimia pak Parjo?”,
ajak Intan.
“Nanti malam?. Waduh
aku ada rapat Karang Taruna. Maaf Intan aku mungkin gak bisa!”, kata Bayu agak
tergagap menjawab ajakan Intan.
“Iya gak apa apa Bayu.
Oke kalau gitu aku duluan ya!”, kata Intan tersenyum manis sambil bergegas
menuju mobil jemputannya yang sudah siap dari tadi.
“Okey Intan!”, kata
Bayu menatap sedan BMW hitam itu meluncur mulus meninggalkan Bayu.
Setiap hari Intan
diantar ke Sekolah oleh Sopir pribadi keluarganya atau kadang-kadang Intan yang
mengemudikan sendiri untuk pergi dan pulang sekolah. Sementara Bayu kemanapun dia pergi hanya
berteman sepeda motor butut dan tua bikinan Jepang itu. Ya memang status sosial
yang sangat jomplang. Untuk Bayu mengharapkan cinta seorang Intan Permatasari
ibarat pungguk merindukan bulan. Baginya bisa berteman saja dengan Intan yang
kebetulan satu kelas di sekolahnya adalah anugerah tersendiri. Harapan mungkin
hanya tinggal sebatas harapan dan Bayu tidak bisa berbuat apa apa alias pasrah.
Pemuda ini selain pendiam ternyata dia juga tidak pernah mau curhat kepada sahabat dekatnya misalnya
kepada Anton atau Aang. Bayu malah lebih sering dengan buku hariannya. Semua
yang dia rasakan setiap hari dia tumpahkan di Buku Hariannya, sebuah buku kecil
ukuran 10 x 14 cm dan tebal 3 cm. Disitulah semua perasaan bayu berada. Seperti
ketika Bayu bertemu Intan di pelataran parkir Sekolah maka Bayupun menu-lis :
“Intan semakin lama
semakin cantik semakin aku tidak mampu untuk menahan rasa cintaku padamu tapi
sayangnya aku bukan orang yang tepat untukmu”.
Malam itu sepulang rapat
Karang Taruna di Kelurahan, Bayu merasa kaget dan terkejut luar biasa ketika
dia melihat ada mobil BMW parkir di depan rumahnya. Intan. Ya ternyata betul di
ruang tamu Intan sudah menunggu dari tadi.
“Intan sudah lama
menunggu?”, tanya Bayu ramah.
“Baru saja kok
Bayu!”, Intan menjawab sambil tersenyum. “Oh ya Bayu. Aku mau tanya PR Kimia
yang tadi siang itu sungguh aku benar-benar tidak bisa!”, kata Intan.
“Okey kebetulan aku
juga belum mengerjakan-nya bagaimana kalau kita kerjakan bersama-sama?”, ajak
Bayu. Intan mengangguk kembali sambil tersenyum manis. Gadis ini memang cantik
sekali dengan rambut panjang terurai menambah aura kecantikannya. Bayu
benar-benar masih terpukau dengan kehadiran Intan ini.
“Maaf Bayu, aku
tidak memberitahu lebih dulu mau datang ke rumahmu!”, kata Intan.
“Iya gak apa apa,
tapi kok kamu tahu rumahku di sini? Tadi tidak nyasar kekampung sebelah?”, kata
Bayu bercanda.
“Aku tanya kepada
Maya dan tadi memang pak Safei sempat nyasar ke jalan buntu sebelah sana!”,kata
Intan. Mendengar ini mereka berdua tertawa. Pak Safei adalah nama sopirnya
Intan.
Maka malam itu kedua
sejoli ini belajar bersama mengerjakan PR Kimia. Sungguh akrab mereka
kadang-kadang serius membahas soal-soal kimia tapi juga ditengah-tengah
keseriusan ada selingan canda dan tawa. Tanpa terasa waktu sudah begitu malam
dan Intan pun segera pamit.
(BERSAMBUNG)