Tuesday, November 27, 2007

Puisi Dialog Hati

Dalam diamku yang terkatup dan tatapku yang tajam,
Katakan, jiwaku melangkah masih tetap tegap, utuh
Biarkan semakin tulus senyumku,
semakin ikhlas hatiku
Semakin ramah dan lembut tutur kataku
Dalam diamku yang terkatup dan tatapku yang tajam,
Biarkan dengan rakus detik-detikku,
melahap tarik nafasku,
Biarkan irama sumbang detak jantungku
Makin lemah dan berhenti bernyanyi
Biarkan, senyum bibirku terkulum lega
Saat kutinggalkan kefanaan
Akan kucabik pengoyak dunia
yang mencoba menyuap imanku di dada
Aku pengembara yang tak mau menunda
Perjalanan menuju ridhoNya
(jikapun aku melepas dahaga maka itu hanya karena,
aku sibuk berbenah kembali jati diri agar rapi tertata)
suatu hari seperti biasa,
aku sarapan pagi sepiring doa
(Tuhan ALLAH kepadaMu hidup dan matiku).
coba terka
dari mana kita ada
kemana kita tiada
diantara waktu dan masa
semakin silam dan fana
pada saat itu dimana kita berada
coba terka.

Saturday, November 17, 2007

SENYUM



Pak Bijak, begitu panggilan seluruh pegawai bawahannya. Memang beralasan mereka memanggil Big Boss mereka dengan sebutan itu. Bgaimana tidak, Pak Bijak orangnya ramah, cara berbicaranya sangat menarik dengan tutur kata yang amat sopan. Tidak pernah beliau bermuka masam apalagi cemberut. Wajahnya memang tampan, berwibawa dan beliau selalu menghiasi wajahnya dengan senyum, baik pada saat berbicara maupun pada saat menyapa. Itu adalah cirri khasnya, tersenyum. Suatu hal yang menarik dari beliau adalah bahwa Pak Bijak merupakan seorang muslim tulen. Dikatakan begitu karena beliau sudah menjalankan kelima rukun Islam dengan sempurna. Syahadat, sholat, jangan tanya. Puasa, zakat, apalgi. Beribadah haji ?. Lebih-lebih lagi sudah dilaksanakannya pertama kali pada usia tujuh belas dan sejak itu, paling tidak beliau berangkat umroh satu kali setiap tahun dilakukan pada setiap bulan suci Ramadhan. Kalau ditanya siapakah tokoh paling diidolakan dalam hidupnya. Maka jawabannya adalah Nabi Muhammad SAW. Pantas saja jika Pak Bijak ketika berbicara selalu menghiasi wajahnya dengan senyum karena Nabi Muhammad selalu berbicara dengan dihiasi senyum. Senyum adalah sodaqoh (Hadist). Pantas saja Nabi menjadi teladan bagi sendi-sendi kehidupan Pak Bijak. Coba perhatikan, bagaimana Pak Bijak sebagai seorang Ayah mendidik anak-anaknya menjadi seorang yang berahlak mulia. Mas Bagus adalah salah satu putranya yang masih kuliah disuatu Perguruan Tinggi ternama. Sebagai seorang putra Big Boss, Mas Bagus Nampak terlalu sederhana. Bayangan kita Mas Bagus kalau pergi kuliah pasti mengendarai BMW hitam mengkilat yang ada di garasi rumahnya. Ternyata tidak, Mas Bagus kuliah hanya menggunakan “angkota” atau kadangkala sepeda motor bebek merahnya, karena ia sadar bahwa BMW yang ada di garasi rumahnya adalah milik perusahaan. Mobil itu hanya boleh digunakan oleh ayahnya untuk kepentingan perusahaan. Bahkan Bu Bijak sendiri tidak pernah menggunakan mobil itu misalnya untuk berbelanja atau arisan ibu-ibu. Maka tidak heran jika karyawan diperusahaan itu sangat bangga dengan Pak Bijak dengan keluarganya. Benar-benar Pak Bijak menjadi idola dan teladan bagi karyawannya.
Beberapa bulan terakhir ini krisis moneter yang melanda negeri ini telah memporak porandakan sendi-sendi ekonomi. Harga-harga melonjak naik sementara nilai mata uang semakin terpuruk. Kondisi ini secara langsung melanda pula perusahaan yang dipimpin oleh Pak Bijak. Maka penghematanpun dilakukan dimana-mana. Rencana belanja perusahaanpun harus dijadwal ulang. Jadwal kerja lembur karyawan ditertibkan sampai regulasi perjalanan dinas mesti ditata ulang sedemikian lupa sehingga efisien. Pak Bijak benar-benar harus bekerja keras bahkan super keras. Dalam kondisi seperti ini, kebiasaan Pak Bijak dengan senyumnya secara tidak langsung rupanya sudah menjadi budaya perusahaan. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi perusahaan akhir-akhir ini sebenarnya sudah sangat mengancam pendapatan para karyawan. Mereka tahu bahwa kesulitan keuangan ini masih akan berlanjut. Mereka tahu, bulan ini mereka masih dapat bernafas lega namun bulan depan belum tentu. Mereka tahu bahwa betapa kesulitan ini telah membuat mereka dengan keluarga sangat prihatin. Tapi hebatnya, para karyawan tersebut tetap tersenyum. Bekerja seperti biasa sambil menghiasi bibir mereka dengan senyum. Setiap hari selalu berharap agar hari esok menjadi lebih baik. Jika ada yang bertanya mengapa para karyawan tersebut tetap tersenyum padahal perusahaan dalam keadaan sekarat keuangan. Maka mereka akan menjawab :” Kami selalu tenang bekerja dengan senyum karena Boss kami selalu tersenyum menghadapi kesulitan apapun yang ada dihadapannya !”. Memang Pak Bijak selalu mengingatkan mereka : “Janganlah kita berputus asa kepada pertolongan ALLAH, karena orang yang berputus asa pada pertolonganNya adalah orang-orang yang berdosa” (Al Quran).
Maka setelah itu senyumpun ada dimana-mana. Selanjutnya terserah Anda.


Pasuruan Ramadhan 1418 H (1998).