Tuesday, May 7, 2013

CintakuDibalikBuku Episode 2


Malam itu bagi Bayu sungguh kenangan yang sangat indah. Untuk yang pertama kali Intan berkunjung ke rumahnya. Belum pernah sebelumnya. Teman-teman wanita lain sudah biasa berkunjung ke rumah Bayu. Ada yang hanya sekedar cari alasan saja atau memang ada juga yang mau belajar bersama. Namun malam yang indah ini bagi Bayu adalah malam yang tak akan terlupakan karena belajar bersama Intan Permatasari pujaannya.
Sejak kedatangan Intan yang pertama kali ke rumah Bayu itu kesan mendalam sangat dirasakan oleh keluarga Bayu terutama ibunya.
“Bayu orang seperti Intan mau berkunjung ke gubuk kita yang jelek ini rasanya seperti mimpi!”, kata ibunya.
“Iya Bu tadi malam itu Bayu saja kaget kok Intan mau berkunjung ke rumah!”,kataku.
“Intan itu anak orang kaya, cantik, ramah dan rendah hati. Ibu sangat menyukai gadis itu. Kalau berbicara tutur katanya begitu sopan!”, kata ibunya Bayu penuh dengan kesan kagum terhadap Intan.
“Alhamdulillah Bu!. Bersyukurlah Bayu punya sahabat sebaik Intan!”, kataku.
“Bayu menurut Ibu, kelihatannya Intan itu naksir sama kamu. Ibu sih setuju saja tapi tidak tahu bagaimana dengan orang tuanya Intan. Kita kan hanya keluarga biasa!”, kata ibunya Bayu.
“Ah Ibu ini ada ada saja ya tidak mungkinlah Intan mau sama Bayu!”,kata Bayu.
Sebenarnya dalam hati Bayu kekhawatiran ini sering dia rasakan. Mana mungkin Intan mau menyambut cintanya. Andai saat ini Intan sering belajar bersama maka itu hanya semata mata untuk urusan pelajaran sekolah saja. Hal itu juga sama dengan yang dilakukan oleh teman-teman wanitanya yang lain.  Bagi Bayu hanyalah mimpi untuk mendapatkan cinta seorang Intan Permatasari.
Bayu ingat hari Minggu yang lalu ketika itu ia baru saja pulang memberikan les privat matematika dari kawasan Batununggal, secara tidak sengaja Bayu bertemu Intan di Lampu Merah perempatan Batununggal-Soekarno Hat-ta. Intan dari mobilnya menyapa Bayu terlebih dulu.
“Hai Bayu! Darimana nih?”, sapa Intan.
“Hai Intan, ini aku baru memberi les privat!”, jawab Bayu. Mereka hanya sebentar saja bertegur sapa karena lampu hijau sudah mulai menyala.  Bagi Bayu pertemuan itu adalah hal yang menegaskan bahwa Intan memang sudah punya pacar karena saat itu Intan ditemani seorang pria yang duduk dibelakang kemudi BMW hitamnya. Bayu melihat sekilas pemuda itu gagah, kelihatan ramah bahkan saat itu sempat melempar senyumke arah Bayu. Usianya kira-kira lebih tua satu atau dua tahun dari Bayu mungkin saat ini sedang kuliah di salah satu Perguruan Tinggi di Bandung.
Buku Harian kecil berukuran 10 x 14 cm dengan tebal 3 cm tergeletak di atas meja belajar. Malam itu Bayu mulai mengisinya dengan curahan hati yang ia rasakan hari ini menjadi catatan lembar demi lembar. Bagaimana Bayu harus menghadapi kenyataan cintanya harus ditepikan oleh keadaan.
 “Aku memang harus reslistis terhadap semua keadaan. Aku harus tahu diri dan tidak perlu berharap terlalu muluk. Aku mencintai Intan namun ternyata tidak cukup hanya sekedar cinta yang harus kumiliki karena aku tidak memiliki hal yang lainnya. Cinta harus dibarengi dengan kesetaraan…..”
Demikian salah satu curahan hati Bayu di Buku Hariannya. Pemuda ini punya pemikiran yang logis juga bahwa cinta memang harus dibarengi dengan kesetaraan. Bayu berfikir tentang kesetaraan status sosial. Namun dengan mencoba berfikir seperti itu, apakah Bayu bisa meredam gejolak cintanya kepada Intan. Ternyata tidak sesederhana yang diucapkan. Beberapa hari terakhir ini Bayu semakin galau apalagi hampir setiap hari Bayu melihat Intan diantar dan dijemput oleh Pemuda yang tempo hari bertemu di lampu merah itu. Belakangan Bayu tahu pemuda itu bernama Royke ketika mereka diperkenalkan oleh Intan dipelataran parkir Sekolah.
Intan dan Royke memang pasangan yang sangat serasi. Jika mereka saling mencintai maka lengkaplah sudah cinta mereka dengan kesetaraan yang utuh. Ya Allah maafkan aku andai aku ingin bertanya mengapa Engkau begitu mencintai hamba-hambaMu padahal Engkau memiliki nilai kesetaraan yang terlalu tinggi untuk dijangkau. Betapa aku mencintai Intan namun aku tidak bisa memberikan imbangan kesetaraan kepadanya. Andai Intan tahu aku mencintainya namun hanya satu ketakutanku akan penolakkannya”.
Kembali keresahan hati Bayu tertuang di atas lembar-lembar Buku Hariannya.
Hari ini seperti pulang sekolah Bayu menuju tempat parkir sepeda motor. Tiba-tiba terdengar ada suara memanggil namanya. Ternyata Intan berlari kecil menuju ke arah Bayu.
“Bayu apakah kamu keberatan jika aku minta diantar pulang?. Mobil jemputanku dipakai Ibu!”, kata Intan penuh harap.
“Royke juga tidak menjemputmu?”, tanya Bayu sedikit menyelidik. Intan tersenyum mendengar nada pertanyaan Bayu.
“Roy ada kuliah siang ini jadi tidak bisa jemput juga. Bayu tak apa apa kok kalau kamu keberatan!”, kata Intan pura pura merajuk.
“Oh enggak apa apa Intan. Aku bersedia mengantar-mu !”, kata Bayu gugup.
Akhirnya Intan ikut berboncengan di sepeda motornya Bayu. Di Gerbang pintu depan sekolah mereka berpapasan dengan Maya, Linda dan Rere. Teman-teman dekatnya Intan ini sempat pula menggoda Bayu dan Intan.
“Suit suit suit Romeo dan Juliet naik sepeda motor antik !”, seloroh mereka.  Bayu dan Intan pun hanya tertawa mendengar ocehan mereka.
Sepeda motor Bayu meluncur ditengah-tengah ke-ramaian lalu lintas Kota Bandung. Jalan Martadinata sudah dilalui dengan lancar terus menuju jalan Buah batu – Soekarno Hatta dan ber akhir di Batununggal. Kawasan Perumahan Batununggal ini memang sangat eklusif dengan sistem satu pintu. Di sanalah Intan Permatasari tinggal bersama kedua orang tuanya. Rumah Intan kelihatan asri, hijau dengan taman di halaman depan yang membuat hati menjadi sejuk. Rumahnya luas sekali. Bayu baru pertama kali berkunjung. Kawasan perumahan ini memang untuk mereka dengan kalangan atas. Bayu dipersilahkan menunggu di ruang tamu yang bersih, rapi, sejuk karena ber AC. Lukisan dan foto foto keluarga terpampang di dinding menambah suasana kekeluargaan. Bayu melihat ada Foto yang menarik perhatiannya yaitu Foto Intan berdua dengan Royke. Oh Tuhan benar-benar mereka rupanya pasangan yang serasi. Bayu melihat foto mereka begitu mesra sehingga Bayupun berfikir jangan-jangan mereka sudah bertunangan.
Bayu semakin menyadari siapa dirinya sebenarnya. Begitu banyak perbedaan antara dia dengan Intan. Kadang-kadang dalam hatinya Bayu bertanya-tanya mengapa dia tidak dilahirkan ditengah tengah keluarga yang mencukupi, namun setelah menyadari segera diapun mengucap istigfar. Bayu sadar tidak boleh dia menyesali takdirnNya. Bayu harus ikhlas menerima takdirNya.
“Hai Bayu kok melamun. Ayo diminum dong!”, suara Intan mempersilahkan. Di ruang tamu itu, Bayu terbangun dari lamunannya.
“Eh iya Intan terima kasih!”, Kata Bayu sambil menyentuh gelas berisi Orange dingin itu. Rasa segar menyentuh tenggorokan. Alhamdulillah minuman dingin ini telah menyejukkan hati Bayu ditengah terik matahari.
Mereka berbincang di ruang tamu itu dengan akrab. Pembicaraan tidak jauh dari pelajaran sekolah dan cita cita nanti setelah lulus SMA mau masuk Perguruan Tinggi mana. Ujian Nasional tinggal di depan mata. Sedang asyik mereka mengobrol tiba-tiba terdengar suara mobil berhenti di carport depan. Tak lama kemudian Royke muncul. Bayu merasa kikuk juga melihat kedatangan Royke.
“Hai rupanya ada Bayu sudah lama?”, sapa Royke sambil mengulurkan tangannya mengajak bersalam-an. Pemuda yang sopan dan ramah, pikir Bayu.   
“Iya Mas sudah lama, tadi aku diminta antar Intan pulang karena gak ada yang jemput!”, kata Bayu.
“Terima kasih Bayu ya. Memang aku tadi tidak bisa jemput Intan bentrok dengan jadwal kuliahku. Sekali lagi terima kasih Bayu!”, kata Royke ramah. Bayu merasakan keakraban yang tulus dan Bayu merasa bersyukur Intan punya pacar seperti Bayu. Hanya beberapa saat kemudian Bayupun segera berpamit-an. Dalam perjalanan pulang banyak rasa gundah dirasakan Bayu. 

Monday, May 6, 2013

CINTAKU DI BALIK BUKU


Foto : Hensa (Koleksi Pribadi)



EPISODE 1 . Pagi itu Ruang Kelas 12 IPA2 masih Nampak kosong hanya ada beberapa anak yang kebetulan piket untuk membersihkan kelas. Satrio Bayu sebagai ketua kelas harus datang pagi setiap hari karena memang bertugas mengawasi dan bertanggung jawab terhadap kebersihan kelasnya. Satrio Bayu, biasa dipanggil Bayu adalah seorang pemuda yang mulai beranjak dewasa namun sangat pemalu apalagi jika berhadapan terhadap wanita. Sikap pemalu ini mungkin karena Bayu hanya berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya hanya seorang pegawai di kelurahan sedangkan  ibunya bekerja sebagai guru di salah satu Sekolah Dasar. Kendati demikian ternyata prestasi belajar Bayu sangat luar biasa. Setiap tahun kenaikan kelas, Bayu selalu mendapatkan prestasi rangking satu. Itulah sebabnya Bayu selalu terpilih sebagai Ketua Kelas. Sewaktu di kelas 11, Bayu bahkan terpilih sebagai Ketua Osis. Bayu adalah sosok ideal, pandai, ganteng, aktif dalam organisasi. Tidak heran jika semua teman-temannya sangat menyukai Bayu baik itu teman pria apalagi teman wanita. Diantara teman teman wanita yang suka sama Bayu hanya ada satu yang Bayu suka kepadanya. Gadis itu bernama Intan Permatasari.
Intan, demikian panggilan akrab teman-temannya adalah gadis manis tinggi semampai, berambut panjang terurai bak model iklan salah satu produk shampoo di Televisi. Latar belakang keluarganya dari kalangan atas. Ayahnya adalah Pejabat Kepolisian di kotanya sedangkan ibunya adalah Dosen di salah satu Perguruan Tinggi swasta. Walaupun demikian, Intan selalu bersikap ramah kepada siapa saja. Tutur bicaranya santun apalagi jika berbicara selalu diiringi senyum. Intan memang gadis yang sangat berkarakter pada usianya yang sangat belia ini.
Pada jam istirahat ini biasanya Intan bersama gangnya ngepos di Kantin Sekolah.
“Intan kamu masa gak ngerti sih kalau Bayu itu naksir kamu?”, suara centil dari Maya salah satu anggota gangnya Intan. Intan hanya bereaksi dengan senyum. Sikap Intan ini malah membuat Maya semakin  penasaran. Selama ini memang Intan pandai menyembunyikan perasaannya tentang Bayu. Inilah yang membuat Maya,Linda dan Rere semakin penasaran.
“Intan kalau kamu enggak naksir Bayu ya udah biar aku aja yang pedekate!”, kata Maya. Mendengar kata-kata Maya ini kembali Intan hanya tersenyum dan angkat bahu.
“Maya memangnya Bayu naksir kamu?”,kata Linda sambil tertawa. Maya hanya cemberut mendengar gurauan Linda.
“Kalau Bayu naksir kamu wah dunia ini kiamat!”, sekarang Rere ikut memberi komentar. Mendengar gurau dan canda teman-temannya ini, Intan hanya tertawa kecil. Kantin Sekolah di jam istirahat ini memang ramai dengan tawa dan canda mereka. Ketika bel berbunyi, maka mereka kembali memasuki kelas untuk mengikuti jam pelajaran berikutnya.
Kota Bandung siang itu begitu terik disengat Matahari. Bayu baru saja keluar dari pelataran parkir sepeda motor. Ketika sedang menyalakan sepeda motornya, Bayu berpapasan dengan Intan yang saat itu sedang berjalan menuju mobil jemputannya.
“Hai Bayu!”, sapa Intan. Pemuda itu membalasnya dengan sapaan : “Hai Intan!”.
“Oh ya Bayu nanti malam bagaimana kalau kita belajar bersama mengerjakan PR Kimia pak Parjo?”, ajak Intan.
“Nanti malam?. Waduh aku ada rapat Karang Taruna. Maaf Intan aku mungkin gak bisa!”, kata Bayu agak tergagap menjawab ajakan Intan.
“Iya gak apa apa Bayu. Oke kalau gitu aku duluan ya!”, kata Intan tersenyum manis sambil bergegas menuju mobil jemputannya yang sudah siap dari tadi.
“Okey Intan!”, kata Bayu menatap sedan BMW hitam itu meluncur mulus meninggalkan Bayu.
Setiap hari Intan diantar ke Sekolah oleh Sopir pribadi keluarganya atau kadang-kadang Intan yang mengemudikan sendiri untuk pergi dan pulang sekolah.  Sementara Bayu kemanapun dia pergi hanya berteman sepeda motor butut dan tua bikinan Jepang itu. Ya memang status sosial yang sangat jomplang. Untuk Bayu mengharapkan cinta seorang Intan Permatasari ibarat pungguk merindukan bulan. Baginya bisa berteman saja dengan Intan yang kebetulan satu kelas di sekolahnya adalah anugerah tersendiri. Harapan mungkin hanya tinggal sebatas harapan dan Bayu tidak bisa berbuat apa apa alias pasrah. Pemuda ini selain pendiam ternyata dia juga tidak pernah mau curhat kepada sahabat dekatnya misalnya kepada Anton atau Aang. Bayu malah lebih sering dengan buku hariannya. Semua yang dia rasakan setiap hari dia tumpahkan di Buku Hariannya, sebuah buku kecil ukuran 10 x 14 cm dan tebal 3 cm. Disitulah semua perasaan bayu berada. Seperti ketika Bayu bertemu Intan di pelataran parkir Sekolah maka Bayupun menu-lis :
“Intan semakin lama semakin cantik semakin aku tidak mampu untuk menahan rasa cintaku padamu tapi sayangnya aku bukan orang yang tepat untukmu”.
Malam itu sepulang rapat Karang Taruna di Kelurahan, Bayu merasa kaget dan terkejut luar biasa ketika dia melihat ada mobil BMW parkir di depan rumahnya. Intan. Ya ternyata betul di ruang tamu Intan sudah menunggu dari tadi.
“Intan sudah lama menunggu?”, tanya Bayu ramah.
“Baru saja kok Bayu!”, Intan menjawab sambil tersenyum. “Oh ya Bayu. Aku mau tanya PR Kimia yang tadi siang itu sungguh aku benar-benar tidak bisa!”, kata Intan.
“Okey kebetulan aku juga belum mengerjakan-nya bagaimana kalau kita kerjakan bersama-sama?”, ajak Bayu. Intan mengangguk kembali sambil tersenyum manis. Gadis ini memang cantik sekali dengan rambut panjang terurai menambah aura kecantikannya. Bayu benar-benar masih terpukau dengan kehadiran Intan ini.
“Maaf Bayu, aku tidak memberitahu lebih dulu mau datang ke rumahmu!”, kata Intan.
“Iya gak apa apa, tapi kok kamu tahu rumahku di sini? Tadi tidak nyasar kekampung sebelah?”, kata Bayu bercanda.
“Aku tanya kepada Maya dan tadi memang pak Safei sempat nyasar ke jalan buntu sebelah sana!”,kata Intan. Mendengar ini mereka berdua tertawa. Pak Safei adalah nama sopirnya Intan.
Maka malam itu kedua sejoli ini belajar bersama mengerjakan PR Kimia. Sungguh akrab mereka kadang-kadang serius membahas soal-soal kimia tapi juga ditengah-tengah keseriusan ada selingan canda dan tawa. Tanpa terasa waktu sudah begitu malam dan Intan pun segera pamit.

(BERSAMBUNG)