Thursday, April 14, 2016

EPISODE CINTA DAISY LISTYA (12)


Foto Hensa




Tantangan 100 Hari Menulis Novel FC
EPISODE CINTA DAISY LISTYA
Oleh Hendro Santoso (Peserta Nomor 27)
Sinopsis
Alan Erlangga adalah sosok yang selama 20 tahun merasa kehilangan Diana Faria, kekasihnya yang harus dipanggil oleh Yang Maha Punya hanya seminggu sebelum hari perkawinan mereka. Merasa kehilangan selama 20 tahun adalah waktu yang lama. Ternyata ALLAH telah mengirim seorang gadis bernama Daisy Listya untuk menggugah hati Alan Erlangga. Daisy Listya adalah seorang gadis cantik, cerdas, berkepribadian luhur, memiliki prinsip hidup, berhasil membuka dan mencairkan kebekuan hati seorang Alan Erlangga. Listya ini yang telah menyadarkannya dari mimpi buruk panjang. Mungkin saja Daisy Listya memang nantinya bukan menjadi teman hidupnya karena seusai Wisuda Sarjana, Listya akhirnya bertunangan dengan pria yang mencintainya bahkan sampai menuju jenjang pernikahan. Menghadapi kenyataan ini Alan Erlangga tidak mampu berbuat apa-apa. Alan hanya pasrah. Cukup baginya bahwa Daisy Listya adalah gadis yang telah mampu membuka hatinya menjadi merasa hidup kembali. Ada pepatah bahwa mencintai itu tidak harus memiliki. Benarkah cinta itu menjadi sangat tinggi nilainya ketika harus mencintai tapi tidak harus memiliki?. Ditengah-tengah kegalauannya tiba-tiba hadir sahabat lamanya bernama Kinanti Puspitasari. Seakan hadir untuk menentramkan hatinya. Saat ini Kinanti memiliki seorang putri yang sedang beranjak remaja. Wanita ini membesarkan putri semata wayangnya sendirian karena suaminya sudah lama meninggal dunia. Kinanti adalah teman Alan sewaktu mereka SMA dan diusia yang sudah tidak muda lagi mereka kembali bertemu. Bagi Alan masa-masa SMA bersama Kinanti begitu indah untuk dikenang karena Alan waktu itu pernah juga jatuh cinta kepada Kinanti walaupun ternyata Kinanti hanya menganggapnya seorang sahabat.
Kepada siapa akhirnya Alan Erlangga melabuhkan hatinya?. Apakah kepada Daisy Listya seperti harapan cintanya selama ini?. Apakah kepada Kinanti?. Simak saja cerita episode demi episode dari Episode Cinta Daisy Listya.





Episode  12
BANDUNG KEMBALI BERBUNGA

Selesai mengikuti Seminar di Singapore, Pesawat dari sebuah Maskapai Negeri Jiran  itu membawaku mendarat di Bandara Husein Sastranegara Bandung pada sore yang cerah itu. Aku memang sudah berniat akan mampir ke Bandung untuk menengok Ibu mumpung ada kesempatan karena terakhir ke Bandung sudah hampir sekitar 7 bulan yang lalu. Niat yang lain tentu saja aku ingin ketemu Kinanti sesuai pesannya kepadaku bahwa Kinanti ingin ketemu untuk sekedar diskusi soal teman Dosennya yang mau melamarnya. Setelah selesai mengurus administrasi keimigrasian aku langsung menuju Pintu keluar dan kulihat di sana Kinanti sudah menunggu.
“Assalaamu alaikum Profesor bagaimana penerbangan Anda cukup nyaman dan menyenangkan? Saya siap menjemput dan mengantar kemana Profesor mau ?” kata Kinanti bercanda sambil tertawa riang.
“He he he Terimakasih Bu Kinan!” jawabku. Kami berjalan menuju Tempat Parkir yang jaraknya hanya 50 meter dari Teras Utama Bandara. Sore hari itu kami meluncur ditengah lalu lintas kota Bandung yang sudah terbiasa macet. Baru masuk jalan Pajajaran saja kemacetan sudah mulai terasa tapi aku lihat Kinanti sudah terbiasa dengan kemacetan ini seperti halnya aku di Surabaya.
“Sudah biasa Alan tiada hari tanpa macet. Setiap pagi aku berangkat kerja selalu bertemu dengan macet mulai keluar Arcamanik masuk Antapani, Jalan Jakarta sampai Jalan Juanda masuk Ganesha. Inilah Bandung!” kata Kinanti.
“Iya Kinan hampir semua kota di Indonesia mempunyai problem sama  kemacetan lalu lintas. Anehnya walaupun semua sudah tahu apa masalahnya tapi solusinya masih belum juga ditemukan. Jikapun ada solusi tapi tidak pernah ada action nya!” kataku. Kinanti hanya menjawab dengan tertawa kecil.
“Alan tadi malam Listya telpon aku!” kata kinanti mengalihkan pembicaraan.
“Oh ya ada berita apa?” tanyaku penasaran.
“Kok kamu seperti kaget gitu Al?” kata Kinanti.
“Lho bukan kaget tapi penasaran karena beberapa hari terakhir ini Listya sangat jarang ketemu kecuali di kelas kuliah. Listya selalu diantar dan dijemput Rizal suaminya!” kataku.
“Iya Listya juga cerita kalau sekarang suaminya sudah kembali sehat namun Listya masih sering curhat tentang pernikahan mereka. Namun ada yang lebih penting dari itu yang ingin aku tanyakan padamu Al!” kata Kinanti.
“Apa itu Kinan?” tanyaku.
“Profesor sekarang sedang dekat dengan mahasiswi yang bernama Audray?” kata Kinanti. Mendengar ini sungguh aku terkejut dan mendengar nada bicara Kinanti ada rasa cemburu yang mendalam. Aku yakin Listya sudah bercerita banyak kepada Kinanti soal Audray. 
“Listya cerita padaku Al. Listya sendiri mengetahui hal ini justru dari Audray yang banyak bercerita tentangmu!” kembali kata Kinanti.
“Audray bercerita apa tentang aku?” tanyaku.
“Audray bercerita kepada Listya bahwa Profesor Alan sudah sering berkunjung ke rumahnya sudah dikenalkan dengan orang tua Audray dan mereka merestui hubungan kalian. Listya protes dan bilang padaku mengapa bu Kinan diam saja!” kembali suara Kinanti. Aku sementara ini tetap diam biar semua cerita tentang Audray terkuak semua.
“Oh ya Alan secara pribadi aku sebenarnya tidak boleh mencampuri urusanmu tapi aku juga sebagai sahabat tidak mau diam saja hanya ingin mengingatkan jangan jadikan seorang wanita hanya sebagai pelarian!” kata Kinanti.
Kata-kata ini benar-benar menusuk rusuk jantungku. Aku seperti baru tersadar bahwa Audray bukan untuk pelarianku dari ketidak mampuanku meraih cinta Daisy Listya. Tentu saja ini juga berlaku bagi Kinanti tidak boleh menjadi pelarianku.
“Okey Kinan terima kasih telah mengingatkanku. Akhir-akhir ini memang aku sering pergi dengan Audray sudah pula ketemu Om dan Tantenya bukan orang tuanya. Audray di Surabaya tinggal di rumah Om dan tantenya sedangkan orang tuanya ada di Malaysia!” kataku. Semua sosok Audray kujelaskan secara lengkap kepada Kinanti.  Kinanti mendengar semua penjelasanku dengan seksama.
“Ya Alan aku percaya kepadamu bahwa cerita Audray kepada Listya sudah banyak dengan bumbunya. Justru ini yang kembali membuatku yakin bahwa Listya sungguh mencintaimu. Listya merasa cemburu dengan kedekatanmu dengan Audray. Melihat kau dekat dengan Audray, dia selalu menghindar darimu!” kata Kinanti. Mungkin benar juga apa yang dikatakan Kinanti. Memang Listya setiap selesai mengikuti kuliahku selalu bergegas meninggalkan ruangan.
“Namun selama ini Listya kan menganggapku adalah calon istrimu maka dia pun memiliki kesan bahwa kau sudah menghianatiku. Listya seakan melaporkan perbuatanmu kepadaku!” kata Kinanti. Wah benar juga nih jangan-jangan memang aku sudah di cap sebagai seorang penghianat. Aku hanya terdiam membisu sementara tanpa terasa perjalanan sudah hampir sampai di depan rumah Ibuku. Mobil itu berhenti persis di depan pintu pagar.
“Kinan terimakasih ya. Mau mampir ketemu Ibu?” kataku.
“Okey Alan terimakasih lain kali saja. Salam untuk Ibu. Oh ya jangan lupa kutunggu  di Arcamanik!” kata Kinanti.
“Siap Bos segera meluncur ke sana!” kataku. Dengan mengucap salam akhirnya Kinantipun kembali meluncur menuju ke tengah tengah kemacetan Kota Bandung. Aku segera bercengkrama dengan Ibu. Alhamdulillah Ibu tetap sehat pada usia beliau yang ke 80 ini. Rasa syukur harus kupanjatkan kepadaNya atas semua karunia dan kasih sayangNya.
Malam itu di Rumah Kinanti kami mengobrol di ruang tamu. Intan sempat ikut mengobrol walau hanya sebentar kemudian dia pamit untuk belajar. Bapak dan Ibu nya Kinanti juga menyambut hangat kunjunganku ini karena lama memang kami tidak bertemu. Kinanti mulai bercerita tentang teman sesama rekan dosen di Kampus namanya Eko Priotomo. Kinanti mengenalnya sudah cukup lama karena dulu sama sama mengambil program S3. Eko Priotomo juga sudah dikenal baik oleh keluarga Kinanti. Sekarang Eko berstatus seorang duda hampir tiga tahun yang lalu istrinya sudah tiada karena penyakit kanker payudara. Eko memiliki dua orang anak putra dan putri seusia Intan. Mendengar cerita Kinanti tentang Eko Priotomo aku punya kesan bahwa Eko berasal dari keluarga baik baik dengan rumah tangga yang harmonis. Apalagi yang harus dipertimbangkan oleh Kinanti. Mereka sungguh merupakan pasangan yang ideal. Ketika hal ini kusampaikan kepada Kinanti, wanita cantik ini menjawab :
“Tidak semudah itu Alan. Sudah lama aku mencoba meyakinkan diriku namun selalu saja aku tidak mampu menemukan jawabannya !” demikian kata Kinanti.
“Apakah Intan sudah diajak untuk bicara mengenai hal ini?” tanyaku.
“Sudah dan dia hanya mengatakan terserah Ibu. Sebenarnya ini bukan jawaban yang kuinginkan. Intan tidak menjawab dengan tegas ya atau tidak!” kata Kinanti.
“Memang sebaiknya harus ditanyakan pada hatimu sendiri Kinan. Walaupun aku mengatakan persetujuanku tapi tetap hatimu yang berhak untuk menjawab dan memutuskan!” kataku.
Kinanti hanya terdiam, kulihat tatapannya hampa. Wanita ini seolah menyimpan beban yang harus segera dilepaskan. Aku juga benar-benar tidak tahu bagaimana membantu melepaskan beban Kinanti.
“Kinan perlu kau ketahui bagiku pilhanmu adalah kebahagiaan, maka selama yang kau pilih adalah kebahagiaan maka aku akan selalu mendukungmu. Ingat aku adalah sahabat sejatimu seperti selalu kau katakan juga kepadaku!” kataku.
“Iya Alan terimakasih!” kata Kinanti dan ya Allah ada tetesan air mata mengalir di pipinya. Kinanti terisak dan aku hanya tertegun memandang wajah cantiknya beurai air mata. Aku menyodorkan selembar tissue kepada Kinanti.
“Maaf Alan aku terharu dengan kata-katamu bahwa kita adalah sahabat sejati dan aku jadi teringat dulu ketika aku mengatakan hal itu padamu!” kata Kinanti sambil mengusap air matanya dengan tissue yang kuberikan tadi.
“Kinan, memang masa masa SMA dulu adalah masa masa yang paling indah untuk dikenang!” kataku perlahan.
“Dan kau pasti mengatakan bahwa akulah satu-satunya gadis waktu itu yang berani menolak cintamu!” suara Kinanti kembali sendu.
“Oh bukan itu yang indah harus ku kenang tapi masa masa persahabatan kita yang penuh dengan ketulusan!” kataku. Kulihat Kinanti sudah kembali tersenyum.
“Alan, memang kamu adalah sahabat sejatiku!” kata Kinanti sambil tersenyum walaupun di pipinya masih ada sisa air mata. Wajah cantik Kinanti dengan air mata dipipinya ah andai aku seorang pelukis maka akan kulukis wajah cantik itu menjadi karya yang sangat artistic. Saking kagumnya aku memandang wajah cantik Kinanti sehingga tanpa sadar aku berkata :
“Kinan kalau lagi menangis malah tambah cantik!”
“Nah mulai playboy nya kumat!” kata Kinanti sedikit marah tapi aku lihat ada rona merah dipipinya. Kinanti terlihat senang dengan pujianku yang jujur.
“Aku kan boleh mengagumi kecantikan sahabatnya!” kataku tambah menggoda.
“Sudah Alan jangan ngaco terus!” kata Kinanti menggerutu. He he he aku tertawa kecil melihat Kinanti salah tingkah.
Malam itu rasanya berlalu begitu cepat. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 dan tentu saja aku harus segera berpamitan kepada Kinanti. Besok siang aku harus segera kembali ke Surabaya.
“Alan selamat jalan maaf aku besok tidak bisa mengantarmu ke Bandara Husein. Kalau ketemu Listya salam dariku. Bilang padanya Bu Kinan kangen!” suara Kinanti.
“Okey Boss nanti aku sampaikan untuk Listya. Bu Kinan tidak ada pesan untuk Profesor Alan?” kataku kembali menggoda.
“Ada tolong bilang kepada Profesor Playboy jangan sering-sering memuji kecantikan sahabatnya!” kata Kinanti sambil tersenyum manis. Ya Tuhan itu adalah senyum manis Kinanti seperti ketika ia masih SMA dulu senyum yang selalu aku kagumi.
“Baik Bu Kinan pesannya akan aku sampaikan kepada Profesor Playboy!” kataku sambil tertawa dan sebuah cubitan mendarat diperutku.
Malam yang sangat mengesankan bagiku dan mungkin juga bagi Kinanti. Aku juga merasakan bahwa Kinanti tidak ingin menerima lamarannya Eko Priyotomo sesama rekan Dosen di Kampusnya untuk menjadi suaminya. Anehnya aku malah gembira Kinanti tidak jadi menikah dengan Eko Priyotomo. Aku juga punya kesan Kinanti memang butuh orang yang pernah dekat dengannya. Kinanti adalah tipe orang yang selalu percaya kepada sahabat atau teman yang dulu sudah teruji kesetiaannya. Ha ha ha jangan-jangan aku ini ternyata cuma gede rasa alias ge-er.
Entahlah perasaanku mengatakan Kinanti mencintaiku. Andai itu terjadi apakah aku harus bersama Kinanti? Bagaimana dengan Listya harapanku yang masih tetap menjadi harapan. Ingat Alan bahwa Listya adalah istri Rizal Anugerah. Ya itulah realitanya sedangkan Kinanti belum menjadi milik siapa-siapa. Jadi?.


BERSAMBUNG Episode 13

No comments: